Minggu, 16 Maret 2014

Thank's February :)

Thank’s February! J
Sekolah Baru, Hari Baru
Minggu terakhir dibulan Januari, Jakarta diwaktu pagi. gak heran kalo dijam-jam kerja kayagini puluhan mobil udah pada ngantri disekitaran jalan-jalan utama di ibukota ini. Beberapa orang nampak kesal, mungkin aja mereka terlambat kerja atau mungkin mereka gak tahan dengan keadaan kota Jakarta yang semakin hari semakin mendesak.
Dari kaca sebuah bus, Cantik dan Nina memandangi rapetnya barisan mobil-mobil mewah yang hampir setiap hari jadi tontonan mereka. Dengan seragam ala anak SMA  pada umumnya mereka duduk dideretan paling belakang bus itu.
Hari ini hari pertama Cantik dan Nina menggunakan seragam SMA. Hari ini juga mereka merasa sudah tidak perlu takut dengan ulah-ulah iseng para senior yang gak bosen-bosennya ngerjain junior yang sebenernya gak ada salah. Alasan mereka ngerjain para junior cuma sebagai formalitas selama masa MOS, padahal sebenernya sih itu cuma alasan mereka aja. Gak heran kalo selama ini MOS menjadi momok para siswa-siswi yang baru masuk tahun ajaran baru. Gak heran juga kalo tahun ajaran baru membuat seluruh calon anak SMA menjadi was-was memilih sekolah barunya nanti, karena banyak sekolah dengan tanpa kasian ngerjain adik-adik kelas mereka dengan kegila-kegilaan yang jauh diatas batas kenormalan.
-------------------------------------------------------
Bus terus melaju, disetiap meter jalan itu Cantik dan Nina lalui dengan candaan yang kadang-kadang menganggu para penumpang lain yang cuma bisa diam nungguin nyampe ditempat tujuan. Ada juga yang terlihat tidak menyukai keberadaan mereka berdua bersama dengan kebisingingan yang hampir memenuhi koridor bus tersebut. Mata para penumpang tak pernah lepas dari mereka saat mereka tertawa dengan lepas.
Bus itu berhenti di pertigaan jalan, dengan giras Cantik berlari mendahului Nina yang sudah lebih awal didepannya, nampak terlihat gurat kesal diwajah Nina tapi Ia masih bisa menahannya, karena sudah gak heran lagi kalo sahabat yang udah 3 tahun menjadi sahabatnya itu memiliki sifat iseng yang mungkin sudah mendarah daging yang mungkin udah gak bisa di lunturin lagi dari diri Cantik. Rambut ikal sebahu Cantik menggibas-nggibas wajahnya dengan wajah iseng Ia menoleh ke Nina seraya memberikan ekspressi muka yang mungkin saja bisa membuat orang lain ingin melemparinya dengan sepatu biar dia kapok.
“Tungguin gue Ca!!” Teriak Nina dari belakang. Jeritan Nina tak membuat langkah Cantik terhenti, Ia tetap saja berlari tanpa memperdulikan kedongkolan Nina.
“Ca, tungguin gueeee!” Nina menjerit lagi, kali ini jeritannya berhasil membuat cantik berbelok arah dan berlari kearahnya.
Nampak jelas terlihat rasa kesal menumpuk di ubun-ubun Nina, hampir disepanjang jalan Cantik mencoba merayu Nina agar tak lagi mengacuhkannya. Nina tetap saja tak memperdulikan Cantik kali ini Ia yang  akan gantian ngerjain Cantik. Dengan muka sok-marah Ia berjalan tanpa menoleh ke Cantik. Tanpa pikir panjang Cantik berlari kecil menyusul Nina yang sudah duluan.

Diaula sekolah.
            Kecanggungan tampak dari wajah-wajah para siswa-siswi baru yang berkumpul di aula sekolah, upacara penerimaan murid baru akan dilaksanakan sebentar lagi. Tinggal menunggu sebentar lagi mereka akan resmi menjadi murid sekolah ini. Kericuhan nampak terdengar dari barisan-barisan anak baru itu. Ntah apa yang sedang mereka bicarakan, mereka pada sibuk dengan teman masing-masing sementara mata Cantik mencoba mencari Nina di barisan yang lain, matanya mencari-mencari dimana posisi berdiri Nina saat ini. Menyesal sekali mungkin yang dirasakan Cantik karena telah membuat Nina marah.
Tiba-tiba kegaduhan itu musnah, suara lantang Kepala Sekolah membuat ratusan mulut murid-murid terkunci.  Mata mereka tertuju pada sang Kepsek.
Pidato yang cukup menguras keringat para murid itu baru saja diakhiri oleh pak Kepala Sekolah, setelah terdengar perintah untuk bubar barisan. Tanpa pikir panjang semua murid kelas sepuluh berhamburan menuju ruang perpus untuk  melihat dimana mereka akan menduduki kelas yang selama setahun kedepan ini akan mereka tempati. Lain dengan anak-anak murid yang lain, Cantik nampak sibuk dengan pencariannya, sampai saat ini Ia masih belum saja melihat Nina, ntah dimana saat ini Nina berada. Mungkin Ia sedang mengintip Cantik dari kejauhan sambil tertawa geli menahan lucunya muka Cantik saat panik mencarinya, atau mungkin Ia sedang duduk disuatu tempat sambil bersembunyi dari Cantik agar Ia tak henti-henti mencari Nina. Persahabatan yang aneh,  dari kelas satu SMP mereka satu sekolah, lebih tepatnya satu kelas, tak sedikit hal yang telah mereka lalui bersama, Nina adalah teman pendengar yang sangat baik, hampir semua rahasia-rahasia Cantik dipegangnya. Rahasia saat Cantik merobek absensi milik wali kelas mereka, rahasia saat Cantik mendapat first kiss-nya atau rahasia saat Cantik rela membohongi mamanya demi first date-nya.
Gak jauh beda dengan Nina, Cantik juga setia banget dengerin Nina kalo udah curhat. Cuma bedanya Nina kalo udah cerita, semuanya diceritain kadang sampe yang gak penting sekalipun harus Ia  beritahukan pada Cantik, gak peduli itu rahasia yang memalukan sekalipun. Wajar aja kalo kadang-kadang Cantik mengancam akan memberitahukan pada semua orang tentang rahasia Nina yang gak bisa nahan BAB kalo lagi nervous.
-------------------------------------------------------
Who Is He ?
            Koridor sekolah ini tak cukup luas untuk dilewati ratusan murid disekolah, terlihat beberapa siswa mencoba menerobos kerumunan orang berseragam putih abu-abu itu. Cantik hanya mampu memanggut dua kepalan tangannya dibawah dagunya, matanya sayu, Ia tak tahu dimana lagi harus mencari Nina, Ia juga heran bagaimana bisa Nina bersembunyi darinya hanya karena perbuatan jailnya tadi pagi. Yang Ia inginkan saat ini adalah menemui Nina dan kemudian meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukannya hal bodoh itu lagi.
“Nungguin apa sih?“. Seseorang menegur Cantik dari belakang, membuat cantik harus terpaksa menoleh kebelakang. Gak sia-sia deh Cantik terpaksa menoleh kebelakang, karena saat ini Nina sudah berdiri didepannya dengan senyum yang merekah.
“Eh elo anak badak, lo kemana aja? Gue dari ujung-keujung nyariin elo tauk!“. gerutu Cantik.
“Gue daritadi di perpus, nunguin elo datengin gue.”
“ Yee, gue udah hampir patah kaki ni gara-gara nyariin elo, gak taunya elo malah nyantai diperpus.“
“Jadi gue yang salah? Gue yang harus minta maaf?“ balas Nina ketus.
“Enggak enggak, elo gak salah kok. Maaf ya?“
Senyum Cantik melebar, membuat sebuah lubang disebelah kanan bibirnya. Hal yang tak dimiliki oleh teman Nina yang lain, yaitu senyuman yang dimiliki Cantik, senyuman yang mampu meluruhkan segala amarah yang memenuhi otaknya.
“Iya deh.“ Nina membalas senyum cantik, kemudian menarik tangan Cantik, menandakan bahwa Cantik harus diam dan menuruti kemauan Nina  yang Ia sendiri tak tahu akan dibawa kemana.
Tangan Nina masih menggenggam tangan Cantik, ditariknya cantik menuju sebuah ruang kelas. Dilihat sekelilingnya oleh Cantik, kemudian ia menggaruk-garuk kepalanya.
“Ini kelas lo ya? “ tanya Cantik.
“Iyaa, kita gak sekelas nih. Padahal tadinya gue mau duduk sama lo buat yang ke-empat kalinya”
“Gak apalah, sekali-kali kita gak nyampur kan gakpapa?“ jawab Cantik sambil tersenyum
“Iyaa deh, tapi gue mau duduk sama lo lagi Ca.“
Baru saja Cantik ingin menjawab omongan Nina bel sudah menjerit menandakan mereka harus menyudahi obrolan mereka dan kembali kekelas masing-masing.
“Nin gue kekelas dulu yaa? Ntar pulang sekolah gue jemput lo dikelas lo.“ jerit Cantik seraya melambaikan tangannya. Nina hanya mengangkat jempol tangan kanannya sampai setinggi kepala.
-------------------------------------------------------
Pelajaran pertama Nina nampak tak mengenakkan baginya, hampir selama dua jam ini Nina hanya memain-mainkan bolpoinnya, tak pernah sekalipun Ia mencoba memperhatikan guru didepan kelas.
Dalam hatinya mengatakan bahwa Ia sangat ingin saat ini yang duduk disampingnya adalah Cantika Rastiasmara bukan orang gendut yang memakai kacamata yang gak pernah negor Nina untuk berkenalan apalagi mau ngajak ngobrol sampai ditegor guru. Huuussh Ia mendengus, pelajaran ini membuatnya ngantuk, Nina melipat kedua tangannya diatas meja dan meletakan kepala diatasnya. Ia tertidur.
KRIIIIIIIIIIIIIIINGGGG!!!!! Suara bel itu membangunkan Nina dari tidurnya, Ia melihat sekeliling kelas semua siswa sudah bersiap-siap untuk pulang, tanpa pikir panjang Nina pun segera mebuka matanya dan membereskan mejanya.
-------------------------------------------------------
 “Mau kemana nih kita?“ tanya Cantik pada Nina yang masih mengusap-ngusap mukanya
“Lo temenin gue ke ruang OSIS ya? Gue mau ngambil formulir pendaftaran buat ikut eskul voli. “
“ Oke deh.“
Sesampainya mereka diruang osis, suara bising terdengar dari luar ruangan, sepertinya mereka sedang mebicarakan sesuatu yang sangat lucu sampai-sampai mereka tak mampu menahan tawa mereka.
“Eh lo masuk sendirian yaa? Gue gak berani nih rame banget? Gakpapa kan? “ pinta Cantik
“Cemen lo ah, ya udah biar gue masuk sendiri. “ balas Nina seraya membuka pintu ruang osis. Ketika Nina memasuki ruang osis ia nampak keget yang ada dalm ruangan tersebut hanyalah segerombol anak laki-laki yang gak tau kelas berapa dan ada perlu apa mereka disini, kemudian Nina membuka mulutnya.
“Emmm, saya mau ambil formulir voli. Ada? “
“Ada nih, kebetulan gue juga ikut voli disini.” Jawab salah satu dari mereka, kemudian memberi Nina selembar kertas.
“Makasih yaa, kalian ngapain disini? Emang ruangan ini boleh dimasukin seenaknya ya?“.
“Enggak kok, temen kita ketua osis disini jadi kita boleh masuk keruang ini, lo anak kelas sepuluh yaa?“ tanya anak tersebut.
“Iya, emang lo kelas berapa? Kakak kelas gue ya? Emm, gue Nina anak kelas X.4, makasih yaa buat formulirnya“ balas Nina sambil menjulurkan tangannya.
“Gue kelas XII, iya sama-sama gue Aldo IPS2.“ jawab Aldo tersenyum
“Oke salam kenal aldo, thank’s buat formulirnya.” Balas Nina seraya menutup pintu ruang osis, untuk pertama kalinya Nina berkenalan dengan siswa disekolah ini kecuali Cantik.
“Udah Nin? Makan yuk, laper gue.” Ajak Cantik seraya memilin tali tasnya.
“Oke, traktir ya?”
“Sippp”.
-------------------------------------------------------
Tepat nya jam empat lebih Nina sampai dirumah, ia merebahkan tubuhnya dikasur matanya menatap langit-langit kamarnya. Sesaat Nina ingat tentang formulir eskul voli yang dimintanya tadi. Dikeluarkannya selembar kertas dari dalam tas.
“Duh kusut lagi, diterima enggak nih formulir gue.” Ucap Nina sambil garuk-garuk kepala.
Kemudian Ia mengeluarkan bolpoin dari tas miliknya. Nina udah dari SMP ikut eskul voli, awalnya sih ngikut voli karena Nina naksir sama ketuanya, ternyata malahan si ketua voli udah punya cewek. Udah jebur basah sekalian, gitu sih dulu Nina mikirnya, daripada waktu luangnya kosong gak berguna dihabisin bareng Cantik, Nina pikir lumayan untuk ngisi waktu luang dan Nina akhirnya jatuh cinta sama volinya bukan sama ketuanya lagi.  Bye deh buat siketua voli jaman Nina SMP.
-------------------------------------------------------
 “Nin, ngapain sih lo ngikut voli mulu? Gak Bosen apa?” Tanya Cantik, saat nemenin Nina ngumpul formulir registrasi jadi anggota voli.
“Yee, mendingan. Dari pada elo malesan ngikut eskul ginian.” Ledek Nina.
“Gue sibuk he-he-he, eh buru kumpulin gue mau kekamar mandi nih, kebelet.”
“Yaudah, bentar lo tunggu sini ya gue masuk dulu. Jangan kemana-kemana lo! Awas aja.”
Nina memasuki ruang osis, lagi-lagi dia nemuin anak-anak yang kemarin nongkrong disini, Nina yakin banget kalo mereka ini bolos pelajaran dan jadiin alasan organisasi buat keluar kelas.
“Sorry, gue mau nanya ngumpulin formulir voli dimana ya?” Nina mengagetkan semua anak-anak itu.
“Oh, sini ke gue aja, kebetulan gue anggotanya.” Jawab seorang anak, Nina tahu dia siapa. Aldo, Anak ini yang kemarin berkenalan dengannya. dilihatnya wajah Aldo, Aldo tersenyum padanya.
“Emm, okedeh nih punya gue. Thanks ya.” Jawab Nina terbata, ini untuk pertama kalinya Nina ngerasa nervous karena disenyumin cowok setelah  dulu pernah ngerasa kayakgini  saat Nina berpapasan dengan ketua voli di masa SMP-nya..
“Ntar sore elo udah bisa kok ikut kita latihan, kita latihan setiap rabu sore disini.”
“Emm, iya ntar sore gue ikut. Yaudah gue duluan ya soalnya temen gue nungguin diluar.”
“Oke bye, jangan lupa ntar sore ya.” Aldo menjawab perkataan Nina, mata berkedip sebelah. Membuat Nina bingung dibuatnya.
Lalu Nina bergegas meninggalkan ruangan, Ia berlari kecil sampai tangannya hampir membentur meja. Ketika Ia diluar, Nina gak ngeliat ada Cantik yang tadi masih nungguin dia.
“Sial nih si Cantik, ninggalin gue.”
-------------------------------------------------------
Nina mengikat tinggi rambut sebahunya, ia menggunakan training diatas lutut berwarna pink. Sore ini buat pertama kalinya Nina ngikut latihan bareng temen-temen voli baru. Nina emang belum mahir banget main voli tapi seenggaknya dulu pas SMP kalo ada lomba voli Nina selalu diikutin walaupun lebih banyak jadi cadangan.
Nina mengayuh pedal sepedanya, seharusnya bersepeda itu menyehatkan tapi enggak kalo di Jakarta, udaranya gak mendukung banget buat sepedahan setiap hari, Macetnya bikin pusing dan polusi udaranya ngerusak pernafasan. Begitulah Jakarta. Nina memarkirkan sepedanya dilapangan sekolahnya, dilihatnya udah banyak siswa yang udah mulai latihan duluan, dan lucunya Nina gak kenal dengan mereka satupun. Lalu,
“Eh elo, kenapa gak gabung?” Nina menoleh, betapa kagetnya dia melihat Aldo udah ada dibelakangnya. Aldo menggunakan kaos oblong, dan menurut Nina itu awesome banget.
“Emm, gue gak kenal siapa-siapa.”
“Yaudah, ntar biarin mereka selesai aja dulu latihan, ntar lo gue kenalin dengan yang lain. Gue ketua voli disini he-he-he”
“Elo ketua voli?? Pantes.” Jawab Nina singkat.
“Iyaa, kenapa emang? Elo naik sepeda ya tadi? Gue juga.”
“Gak nanya gue Al.”
“Gue minta nomor handphone lo dong Nin, klub voli disini kadang suka ganti-ganti jadwal latihan, maksudnya biar gue enak kalo mau ngabarin elo jadwal latihan.” Aldo menyodorkan handphonenya, mengisyaratkan Nina untuk mengetik nomor handphone nya untuk Aldo.
Nina gak jawab, lalu dia mengetikkan nomor ponselnya.
“Nih.” Ucap Nina.
“Oke thank’s Nin.” Aldo beranjak, kemudian ia melangkah menjauh, sekali ia menoleh dan sekali lagi pula ia mengedipkan matanya kepada Nina, Nina termangu. Ini aneh, Nina ngerasa ada yang berubah didalam hatinya, Ia menyukai Aldo, ketua klub voli di SMA-nya.
-------------------------------------------------------
 “Ca, gue rasa gue suka deh sama Aldo.” Ucap Nina saat menemani Cantik memilih novel di bookstore didekat komplex rumahnya.
“Ha? Aldo siapa Nin?” Jawab Cantik seraya mengernyitkan dahinya.
“Ketua voli disekolah kita Ca.”
“Ketua voli? Lagi??”
“Ha? Maksudnya Ca?”
“Elo ini lucu ya Nin, inget gak sih dulu elo ngajakin gue ngikut voli terus cuma gara-gara elo suka sama ketuanya kan, dan sekarang elo lagi-lagi naksir sama ketua voli? Gak kapok lo?”
Seketika Nina menelaah perkataan Cantik, Ia baru sadar bahwa ini sama dengan kejadian saat dia SMP, tapi ini beda, Aldo beda dia gak dingin dan dia gak pernah nyuekin Nina.
“Tapi, gue kan tadinya gak niat naksir sama Aldo Ca, gue juga gaktau gue beneran naksir apa enggak sama dia, tapi gue ngerasa beda aja kalo deket dia.”
“Ya emangnya ada gitu orang yang nawaitu mau naksir sama seseorang, namanya suka juga datengnya tiba-tiba. Udah deh elo gak usah bilang elo gaktau naksir beneran apa enggak dengan dia, gue sih gak pernah ngelarang Nin, asal elo jangan tersakiti lagi aja.”
“Gue gak yakin sih, gue cuma mau ngasih tau elo aja he-he-he.” Jawab Nina serawa memilih-milih buku fisika didepan rak yang ada dihadapannya. Dia tahu dia suka dengan Aldo, tapi omongan Cantik jadi pikiran buat Nina, Cantik bener, jatuh cinta datangnya diam-diam, karena cinta datangnya diam-diam maka terkadang cinta pergi juga bisa diam-diam. Tiba-tiba ponsel Nina berdering, Ia menjauh keluar bookstore. Diusapnya layar handphonenya, Nina gak kenal ini nomor ponsel siapa.
“Hallo?” Ucap Nina
“Hallo Nin, dimana lo?” Ucap seseorang ditelepon.
“Ini siapa? Gue lagi di toko buku nemenin Cantik.”
“Gue Aldo Nin.”
“Ha?”
“Kok ha? Gue kesana ya, kebetulan nih gue juga mau cari buku.”
“Ha? Kesini?”
“Kok ha mulu sih Nin, sekalian gue mau kenalan juga sama temen elo  he-he-he.”
“Hmm oke.” Jawab Nina, kemudian dia menutup teleponnya. Nina gak ngerti maksud Aldo nelpon dia, dia juga gak ngerti kenapa Aldo mau ke toko buku yang lagi Nina datengin, yang paling gak Nina ngerti kenapa Aldo mau kesini dan kenalan sama Cantik. Kemudian Nina sadar, apa mungkin Aldo jauh-jauh mau nyamperin Nina bukan but ketemu Nina, tapi Cantik? Nina terdiam, Ia tak tahu harus bagaimana jika nanti kalo beneran Aldo kesini Cuma karena mau ngeliat Cantik.  Baru aja Nina cerita ke Cantik kalau dia suka dengan Aldo, tapi bagaimana kalo justru Aldo yang suka sama Cantik?????
Nina duduk dipojokan cafe tepat didepan bookstore, Ia mengusap-usap layar handphonenya. Nina gaktau dia kenapa, gak masuk diakal rasanya kalo Nina ngerasa cemburu dengan Cantik sementara dia dengan Aldo belum ada keterikatan apa-apa.
“Nin?” Ucap seseorang mengangetkan lamunan Nina tentang Aldo dan Cantik, Nina menoleh dilihatnya tepat ada Aldo didepan wajahnya, Aldo tersenyum.
“Hmm elo Al, ngapain sih lo kesini?” Tanya Nina.
“Gak apa-apa kan Nin, mana temen elo? Siapa namanya? Cantik?”
“Kenapa kok elo nanyain Cantik? Tuh ada didalem.”
“Gak apa-apa he-he-he, yaudah gue kedalem dulu yaa.” Balas Aldo, untuk kesekian kalinya Aldo mengedipkan matanya lagi untuk Nina, membuat hati Nina semakin gundah. Ia sadar ia menyukai Aldo, dan yang paling miris adalah kejadian diwaktu SMP keulang lagi, cinta Nina bertepuk sebelah tangan dan ternyata si Aldo justru lebih menyukai Cantik sahabatnya sendiri.
Kemudian Nina beranjak dari tempat duduknya, Ia melangkah menjauhi bookstore, sekarang memang Nina tidak terlihat menangis, tetapi didalam hatinya Ia merasa tersakiti.
-------------------------------------------------------
Welcome February J
Hari pertama dibulan Februari, Nina sedang mengancingkan cardigan-nya saat Cantik terdengar memanggil-manggil namanya dari luar pintu gerbang rumahnya, Nina langsung berpamitan dengan bundanya dan menghampiri Cantik. Semalam Nina sudah berpikir, bukan masalah buatnya kalo Aldo suka dengan Cantik, selama ini Cantik selalu jadi sahabat yang baik buat Nina dan buat kali ini Nina rela banget ngapain aja buat Cantik. Jadi, Nina yakin kalo Cantik pasti bisa ngertiin apa yang dia rasain.
“Nin, elo kenapa kemaren ninggalin gue sih?” Tanya Cantik membuka obrolan.
“Gue sakit perut Ca, elo gimana kemaren pulangnya? Dengan siapa?” Nina melirik.
“Dianterin Aldo gue, gak enak banget gue rasanya dengan elo Nin, sorry yaa.”
“Gak masalah kali Ca, gue dengan Aldo juga kan gak ada apa-apa.” Jawab Nina tersenyum, Nina tahu bahwa senyumannya bukan sama sekali senyuman yang tulus dari dalam hatinya, Ia merasa sesak dalam dadanya. Hanya saja, Ia tak bisa menangis.
Nina melangkahkan kakinya menuju kelasnya, koridor kelasnya dipenuhi oleh anak-anak berseragam putih abu-abu. Matanya sayu, ntah apa yang sedang terjadi pada dirinya. Ia tak mengerti apakah Ia benar merasa cemburu pada Cantik, dan Aldo apakah benar Nina sudah jatuh cinta dengan Aldo?, Nina gak ngerti apa yang harus dia lakuin, bahkan Ia sendiri gak bisa jawab semua pertanyaan yang ada diotaknya sekarang.
“Nin, ntar sore latihan ya?” Tegur seseorang seraya menepuk pundak Nina. Dan, lagi-lagi Aldo yang dilihat Nina sedang tersenyum dihadapannya.
“Liat ntar ya Al, gue dari kemaren lagi males ngapa-ngapain.”
“Payah lo Nin, baru juga jadi member udah mau bolos latihan, gimana mau jadi tim inti.”
“Gue udah gak minat mau nerusin di voli Al, gue kekelas dulu ya. Bye.”
Nina menjauhi Aldo, kepalanya merunduk Ia mengerti apa yang sedang Ia rasakan sekarang, Ia sedang patah hati.
-------------------------------------------------------
Udah seminggu ini Nina selalu menolak berangkat sekolah bareng Cantik, bukan Ia ingin menjauh dari sahabat baiknya itu, namun Nina perlu sedikit ruang untuk kembali menata hatinya. Melihat Cantik rasanya Nina ingin marah, tetapi Ia tak mau terlihat egois hanya karena lelaki dan merusak persahabatannya dengan Cantik yang udah lama banget terjalin. Gak adil rasanya persahabatan hancur cuma karena cinta. Sore ini Nina bermaksud ngajak Cantik jalan-jalan sekaligus mau minta maaf karena udah nyuekin Cantik selama seminggu ini. Nina mengetuk pintu rumah Cantik.
Tok-tok-tok.
Gak lama kemudian, sesorang membuka pintu rumah Cantik. Nina mengernyitkan dahinya, sebelumnya Ia belum janjian dengan Cantik untuk jalan-jalan dan maksud Nina dia mau ngasih kejutan buat Cantik, tapi yang dilihatnya sekarang Cantik udah rapi dan wangi banget.
“Nina?” Tanya Cantik, wajahnya bingung dan terlihat sedikit panik.
“Elo mau kemana Ca? Gue mau ngajak elo pergi, mau kan?”
“Hmm, gak bisa Nin. Gue udah ada janji duluan dengan orang lain.” Cantik merunduk.
“Orang lain siapa Ca? Pacar elo ya? Kok elo gak cerita sih dengan gue” Jawab Nina tersenyum, terlihat rona bahagia diwajahnya, Nina merasa bahagia mendengar sahabatnya memiliki kekasih baru walaupun sedikit jengkel karena ketinggalan informasi.
“Gue mau cerita Nin, tapi gak sekarang, nanti pasti gue ceritain semuanya.”
Cantik memegang tangan Nina, tak ada sekali nampak kebahagiaan diwajah Cantik, Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari Nina, dan benar saat itu juga tiba-tiba Aldo datang kerumah Cantik.
“Elo mau pergi dengan Aldo, Ca?” Tanya Nina, wajahnya langsung berubah. Nina menahan tangis.
“Iya Nin, gue ada janji dengan Aldo. Sorry gue gak bisa pergi dengan lo sekarang, ntar sore gue kerumah elo ya.” Jawab Cantik, ditatapnya wajah Nina dalam-dalam. Saat ini, Nina merasa bahwa ia dikhianati oleh sahabatnya sendiri, Nina gak nyangka Cantik tega banget giniin dia.
“Gak usah Ca, gue turut bahagia buat elo dan Aldo.”
Nina berlari menjauhi Cantik, Ia melewati Aldo yang terlihat bingung melihatnya. Seharusnya sore ini jadi hari yang baik buat Nina karena dia bermaksud berbaikan dengan Cantik, tetapi yang terjadi beda Nina ngeliat dengan nyata kalo Cantik mengkhianatinya, dan Ia merasa dibodohi oleh Aldo karena ia hanya dimanfaatkan agar Aldo bisa dekat dengan sahabatnya sendiri. Cantik menangis sejadinya-jadinya, disepanjang jalan Ia terus mengusap kedua pipinya. Didalam hatinya Ia merasa bahagia karena Cantik bisa dapet kekasih baru, tapi yang lebih terasa adalah sakit karena Aldo yang dipilih Cantik untuk menjadi kekasihnya yang Cantik jelas tahu kalo Nina jauh lebih dulu meyukai Aldo daripada dirinya. Nina gak ngerti jalan pikiran Cantik.
­-------------------------------------------------------
Would You Be My Valentine?
Hari ini tanggal 14 Februari, hari valentine hari ini juga tepat dua hari setelah kejadian Nina memergoki sahabatnya dengan cowok yang dicintainya. Untuk kesekian kalinya Nina gak ngerayain valentine day, dia terakhir ngerayain valentine saat Ia kelas enam SD, Nina mendapat coklat dari pacar pertama Nina dan setelah itu Nina belum pernah memiliki pacar lagi, hanya sekali jatuh cinta disaat Ia masih SMP dengan ketua voli disekolahnya lalu Ia patah hati karena gak pernah digubris, kemudian sekali lagi jatuh cinta dengan ketua voli di SMA-nya dan kali ini Nina dibuat benar-benar jatuh dan patah. Biasanya Nina ngerayain valentine day dengan Cantik mereka bertukar coklat layaknya sepasang kekasih, Nina juga ingat kalau dia pernah bercerita dengan Cantik kalau nanti jika Ia memiliki seorang kekasih Ia berharap mendapat sebucket bunga yang berisi sepuluh ikat bunga mawar putih yang diikat dengan pita berwarna merah muda kemudian diselipkan kartu ucapan berbentuk hati ditengah ikatan bunganya, tapi cerita tinggallah cerita, Cantik justru merayakan valentine day bersama kekasih barunya, sementara Nina terlihat semakin memprihatinkan karena masih patah hati karena Cantik dan Aldo.
Nina menghempaskan badannya dikasur sepulang sekolah, Ia menatap langit-langit kamarnya membayangkan sesuatu yang seharusnya tak Ia bayangkan, Nina terus menatap atap kamarnya kemudian Ia terlelap.
Nina merasa tidurnya terganggu saat bundanya mengetuk pintu kamarnya, dengan rambut berantakan dan seragam sekolah yang masih melekat dibadannya ia beranjak dari tempat tidur.
“Kenapa bun? Nina ngantuk banget tau.” Ucap Nina seraya mengusap-usap wajahnya.
“Ada temen Nina tuh dibawah, cepet turun.”
“Siapa bun?”
“Bunda gak tau juga sayang, gih cepet turun sayang.” Jawab bunda sambil mengusap kepala Nina.
Nina bergegas menuruni tangga rumahnya, sesampainya dibawah Ia tak melihat ada siapa-siapa diruang tamu, yang Ia lihat cuma pintu rumahnya yang hanya terbuka sedikit. Nina melangkah menuju pintu rumahnya, ketika Ia membuka pintu betapa kagetnya Ia melihat Aldo yang sedang memegang sebucket bunga mawar berwarna putih. Nina menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca.
“Aldo?” Tanya Nina, Ia masih menutup mulutnya. Kemudian Aldo memberikan sebuah kartu ucapan berbentuk hati kepadanya.
“Ini apaan Al?”
“Buka aja Nin”
Nina membuka kartu tersebut, seketika Ia menangis melihat tulisan yang ada didalamnya.
Nina, Would you be my Valentine? Aldo J
Nina memeluk Aldo dengan erat, Ia menangis kali ini bukan karena Ia merasa tersakiti oleh Aldo melainkan karena Nina merasa sangat bahagia. Nina melihat ada Cantik yang sedang berdiri dibelakang Aldo, Cantik tersenyum Ia benar-benar cantik sesuai namanya dan Nina menyadari betapa bersyukurnya memiliki teman seperti Cantik. Lalu Nina menghampiri Cantik.
“Kok elo gak ngomong sih sama gue Ca, gue udah nganggep elo ngekhianatin gue!” Nada ucapan Nina sedikir meninggi, Ia memegang tangan Cantik erat.
“Sorry Nin, Aldo yang minta gue tutupin ini. Gue ngerasa bersalah banget waktu dirumah gue itu, maafin gue ya Nin.”
Dengan cepat Nina memeluk Cantik, Nina merasa bersalah karena menjudge Cantik yang engga-engga.
“Elo ini minta gue botakin emang kepalanya yaa! Elo gak salah Ca, gue yang salah.”
“Makasih Nin, tuh liat si Aldo elo cuekin. Kasian tuh dia ngarep banget jawaban dari elo kayaknya.” Ucap Cantik seraya mengedipkan matanya. Mengisyaratkan Nina untuk cepat-cepat menghampiri Aldo. Nina pun memutar badannya dan menghampiri Aldo.
“Jadi apa jawabannya Nin?” Tanya Aldo penuh harap.
“Seharusnya elo udah tau apa jawaban gue Al, dari awal gue udah suka sama elo.”
“Jadi?”
“I will Al, thank’s for everything. It’s unbelieveable.”
“Makasih Nin, Love you.”
“Love you Al J” Jawab Nina.
 Aldo mengenggam erat tangan Nina, untuk pertama kalinya Nina mendapat sebucket bunga yang selama ini dimimpikannya, seharusnya dari awal Nina tahu kalau cintanya bersambut, kini Nina tahu bahwa sahabatnya lebih mengerti Nina daripada dirinya sendiri, kini Nina tahu bahwa jatuh cinta itu menyenangkan dan Nina sedang merasakannya sekarang.
“This is the best valentine day I ever had Al. Thank’s boy” Ucap Nina memeluk Aldo, pelukan yang sangat erat dan hangat. Aldo tersenyum, tanpa Nina sadari Aldo meneteskan air matanya.
Aldo benar-benar menyukai Nina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar