Selasa, 07 Juli 2020

Untold story

Never thought that I would back to this page. Imagine the first when I decided to make this, I just wanted to share my written short stories.

Reading my writing, then it brings me back to much memories which I had forgotten. 
Something that I musn't think for.

Are u ok? It is a simple question which I really want ask to you.
Are u ok without me? 

I see you, sometimes.
I dream you, sometimes.

We had many times spent. We had many happiness shared. We were untold stories.

Been with you, my life, my happiness.

"US" will be the longest story which I will share about.
"YOU" will be the hardest someone to forget.
"I" will be the only one who must hold this feeling.


Rindu

Aku melewati hari-hari dengan merindukan orang yang sama. Bahkan sejak dulu, sejak pertama aku mengenal rindu dan mulai bersahabat dengannya.
Hari ini. Entah mengapa, rinduku terlalu menggebu-gebu.

Rabu, 14 Januari 2015

Do I ?

Do I love you? Yes I do. So much.
I don't know how many times that I have spent just to love you.


Do I miss you? Yes I do. Too much.
Even, I forgot how many times I hold this longing to you.


I love you without know how , or when, or from where.
I miss you simply, without problems or pride.

I love you in this way because I don't know any others way to loving you.
I miss you in this way because  I know, in this there is no I or You.

There was only We who are always talking about We.

Rabu, 08 Oktober 2014

Sajak ini Berbunyi Ikrarmu

Kamu mencintainya,  4 tahun.
Diapun tahu itu.
Kemudian, kamu melupakannya tak butuh waktu lama.
Kamu berdusta akan ucap-ucapmu dulu kepadanya.

Dan, kamu ikrarkan bahwa kamu akan melupakannya dalam tiap detik yang kamu lewati.
Kamu akan menghapusnya dalam tiap kenangan dalam ingatanmu.
Jadilah dia, wanita yang akan menjadi satu-satunya musuhmu selama hidupmu.

Bahkan bagimu.
Hari dimana bagimu dan bagi wanita itu dulu adalah berarti.
Sekarang tak lagi menjadi hari yang kau nanti tiap berganti bulan.
Kamu melupakan hari dimana kalian saling berjanji untuk terus saling memiliki satu hati yang sama, satu perasaan yang sama,
menatap pada tatapan yang sama,
dan kembali kepada orang yang sama sebagai alasan karena saling mencintai satu sama lain.

Hari ini.
Wanita itu menangis.
Kamu tak lagi menganggapnya berharga.
Kamu tak lagi melihatnya sebagai bahagia.
Kamu tak lagi memujinya sebagai cinta.

Wanita itu tercekik oleh ikrarmu.
Wanita itu tersesat akan keputusannya


Senin, 22 September 2014

Tulisan Tentang Penantianku dan Penantianmu, Bella.

Bella, ini adalah lembar pertama dari tulisan-tulisanku tentangmu.

Kamu menatap senjamu sore ini, matamu semakin sayu menahan air matamu yang berlomba-lomba mengaliri wajahmu. Bella, tidakkah penantianmu menghancurkan dirimu? Tidakkah kamu merasa bahwa dia yang kamu tunggu tak pula akan datang menemuimu? Bella, mengapa takkau sudahi saja kecintaanmu terhadap awan dan anginmu?

Bella, untuk kekasihmu. Atau untuk awan dan anginmu. Aku tak perduli, persetan dengan apa yang selalu kamu beritahu kepadaku, tentang awanmu yang menaungi kesedihanmu, atau tentang anginmu yang setianya katamu membantumu menghapuskan air matamu. Tak masuk akal bagiku, Bel. Kamu nampak begitu mencintai sesuatu yang takkan lagi pernah lagi menyentuhmu, dan tak pula kamupun mampu menyentuhnya.

Aku sudah menyaksikan pertunjukan bodohmu selama tujuh tahun, akupun bodoh karena menunggumu mengakhiri penantian tentang cinta terakhirmu itu. Bel, bukan aku ingin menggantikan bekas kekasihmu itu, bukan pula aku ingin memintamu untuk mencintaiku. Hanya saja Bel, aku sudah terlalu jenuh menyaksikan kamu terpuruk dan terjatuh dalam cinta semu kekasihmu.

Bel, 6 tahun lalu. Tepatnya saat kamu mulai menceritakan tentang Jo, bekas kekasihmu,dan  aku mulai terluka saat kamu mengaku bahwa kamu menyukainya. Bukan aku ingin membandingkan perasaanku yang sudah 5 tahun aku sembunyikan darimu dan dengan perasaan Jo yang baru 1 bulan kau temui. Hanya saja Bel, aku merasa tak adil karena kamu terlalu mencintai lelaki yang baru saja kamu kenal, sementara aku? Aku menunggumu Bel, 5 tahun, bahkan sejak dirimu masih menggunakan seragam putih biru-mu, dan aku bertahan dengan perasaan yang terpendam dan semakin dalam kepadamu. Ini bukan tentang cemburu yang membara dalam hatiku Bel, ini tentang penantianku yang belum ingin aku sudahi sampai saat ini. Bel, maaf jika aku mengatakan ini kepadamu. Aku mencintaimu.
Maafkan aku Bel, aku bahkan dulu membencimu karena menjadikanku teman berceritamu. Aku dulu membencimu karena kamu menganggap aku menyetujui hubunganmu dengan Jo. Aku membencimu dan Jo, Bel. Dulu.

Bella, lihatlah dirimu. Kamu terlalu muda untuk hancur dalam penjara cinta matimu. Jujur saja, aku ingin sekali menarikmu dari tempatmu, ingin sekali aku memelukmu bahkan Bel, aku sangat ingin mengusap pipimu saat kamu mulai menangisi Jo-mu itu. Aku terluka karena tak bisa melakukan itu. Apa yang bisa kamu dapatkan dari penantian tak jelasmu itu, Bel? Apa yang bisa Angin dan Awanmu berikan untuk menggantikan Jo yang telah lama pergi meninggalkanmu? Apa yang kau harapkan dari seseorang yang takkan pernah lagi menemuimu, tak akan pernah lagi memgang tanganmu, tak akan pernah lagi mengecup keningmu. Tidakkah kau merasa bahwa ini semua hanyalah penantian konyol yang tak berujung???

Hmmm, maafkan aku Bel. Aku mungkin terlalu terbawa emosiku.

Bel, aku tak tahu sekarang apakah kamu sedang membaca tulisanku. Aku tak mengapa jika kamu membenciku karena aku memberikan tulisan ini kepadamu, mungkin aku sudah terlalu kehabisan jalan berpikir karenamu, Bel. Maaf jika aku mengatakan ini lagi, tetapi aku memang mencintaimu Bella.

Aku bahkan ingat saat pertama kali aku merasa menyukaimu. Entah kamu sadar atau tidak, dan entah kamu ingat atau tidak. 11 tahun yang lalu, saat kamu masih menggunakan seragam putih-biru dan aku berseragam putih-abu-abu. Aku mungkin tak mengenalmu jika aku tak berteman dengan Rano, kakakmu. Dan saat itu, entah apa yang ada didalam diriku saat pertama kali aku melihatmu, kamu terlihat begitu indah dan cantik. Aku mungkin terlalu gila karena mencintai bocah SMP yang bahkan masih belum tau apa-apa tentang cinta. Tetapi, ini nyata Bel, aku mulai menyukaimu saat kamu masih sering menangis karena Rano mengganggumu dan kini aku masih saja menyukaimu walau sekarang Rano-lah yang menangis tiap kali melihatmu. Tidakkah kau ingin tahu mengapa aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku kepadamu, Bel?  Mengapa ya, Bel? Akupun tak tahu jawabannya. Yang aku tahu hanyalah, jantungku berdetak begitu kencang saat aku berhadapan denganmu, keringatmu berlomba mengaliri tubuhku saat kamu menatapku, dan lidahku kelu saat aku berbicara denganmu.

Rano. Kakakmu itu Bel, bahkan Ia tak tahu apapun mengenai perasaan tersembunyiku ini. Bukankah menurutmu aku hebat kan, Bel?

Bella Damara, tulisan ini adalah tulisan pertamaku untukmu. Mungkin nanti akan ada banyak lembar yang akan kutulis tentangmu. Entah kamu membacanya atau tidak. Aku tetap akan melakukannya. Selamat menikmati Awan dan Anginmu, awan dan angin yang meraup sedihmu, yang menutupi lukamu, yang katamu menjadi pelipur dukamu. Nikmatilah sebelum aku menghentikanmu Bel. 

Jumat, 19 September 2014

Tentang Perasaanku, Kamu dan Kekasihmu

Aku menulis ini ketika sudah tidak ada lagi ruang untukku berfikir jernih. Tentang Cinta Bodoh yang selama ini aku pendam, perduli amat tentang perasaan kekasihmu yang kamupun sangat takut dia terluka. Sementara, untuk menjadi diriku, tidakkah kamu pernah berpikir bahwa aku bahkan bisa lebih terluka daripada kekasih-sialanmu itu?

Demi hari-hari yang sudah kubuang percuma karena menerima kau jadikan aku yang kedua, rasanya aku sudah tak sanggup lagi menjadi duri dalam perasaanku sendiri. Bagaimana menurutmu, jika kamu yang harus menunggu seperti apa yang aku lakukan saat aku menunggumu?

Tentang kekasih-sialanmu atau kekasih sejatimu itu. Berterima kasihlah kepadaku, karena aku masih menjaga perasaannnya dengan tidak secara terbuka mengambilmu darinya.  Aku masih bersabar dengan tidak menunjukkan betapa aku sangat ingin merebutmu darinya. Berterima kasihlah, kepadaku.

Dan teruntuk kamu, kekasih yang sangat ingin aku miliki sepenuhmu. Aku bahkan tetap menyukai kamu saat aku sedang menuangkan kebencianku terhadapmu, aku benci diriku karena aku tetap saja menyukai kamu. Kamu, kamu yang terlalu menjaga perasaan kekasihmu, kamu takut jika kekasihmu terluka.

Sementara aku? Aku adalah racun dalam kehidupan percintaanku sendiri, dengan menerima dan membiarkan kamu merobek-robek lukaku yang sekian hari semakin dalam sakitnya. Aku bahkan tak lagi memiliki waktu untuk mencintai diriku sendiri karena aku terlalu sibuk untuk menyukaikamu, aku terlalu sibuk memikirkan kamu.

Demi perasaanku yang sudah tak bisa disembuhkan lagi. Maaf jika aku masih harus membiarkanmu semakin terluka, maaf jika aku semakin mencintai kekasih orang lain itu. Bertahanlah sedikit lebih lama lagi, bahkan ketika kamu sudah tidak mampu lagi untuk menahan sakit, tetaplah bertahan. Karena aku masih sangat menyukainya. Sangat sangat menyukainya.

Sekali lagi, aku menulis ini ketika aku sudah tak ada lagi tempat untuk mengadu, tak ada lagi tempat untuk bercerita. Tentang cinta segitiga yang selama ini aku biarkan membusuk dalam perasaanku, aku masih akan terus membiarkannya menggerogoti diriku. Karena aku masih akan tetap menyukai kekasih yang belum bisa aku miliki sepenuhnya.

                                                Aku sangat membenci diriku karena aku sangat mencintaimu.