Minggu, 26 Mei 2013

Untuk Siwi (part 1)


Cowok bernama Angga.
Pagi yang tidak cukup cerah untuk Siwi, ia menusuri jalan sekitar komplek perumahannya dengan langkah yang gak terlalu bersemangat.
            “ jam berapa ini? ” gumamnya dalam hati.
Hari ini adalah hari selasa,hari yang cukup buat menguras otak karena hari pelajaran akuntansi 3jam yang di pandu oleh bapak-bapak ompong yang sok tau dan super cerewet!
Siwi melihat lagi jam tam tangannya, sudah menunjukkan pukul 07.15.
“aku terlambat lima belas menit!”
                                                            --------------------------------------------------
Suara kaki Siwi memecah keheningan di koridor sekolah, pintu-pintu berwarna hijau semua tertutup dengan rapat, beberapa kelas terdengar cukup bising ( mungkin mereka sedang mendapatkan harta jam kosong). Dan Siwi harus lebih mempercepat jalannya.
            “permisi buu …..” Siwi gak ngelanjutin kata-katanya.
“Apa-apaan ini? Kelasku gaduh,aku yang sudah terburu-buru ternyata guru ompong itu gak ada dikelasku pagi ini.

Siwi masih mengatur nafas,  diletakkannya tas disamping bangkunya. Hmmmm, duduk sendiri lagi selalu seperti ini setiap hari. Bahkan sudah hampir satu semester Ia duduk hanya ditemani oleh suara nafasnya sendiri. Siwi melihat sekeliling kelas, semua tampak sibuk dengan temen sebangku mereka masing-masing sedangkan dia hanya mampu menahan kejengkelannya sendiri,
“seharusnya saat ini aku memiliki seseorang yang mau mendengarkan keluhanku gara-gara guru ompong itu. Hmmm” gumamnya dalam hati..
                                    ----------------------------------------------------------
Namanya Siwi, pemberian orang tuanya tepat 17 tahun yang lalu. Lahir disebuah daerah yang sangat jarang disebut oleh orang-orang, bahkan banyak yang tidak tahu dimana itu. Dari seisi kelas hanya Siwi yang berasal dari luar daerah, awalnya Ia merasa sangat asing disini. Dari cara-cara siswa sekolah ini berpakaian hingga berbicara  sangat sulit awalnya untuk beradaptasi dengan semuanya, namun sekarang mungkin bisa dibilang Ia mulai terbiasa dan gadis itu adalah siswi kelas sebelas yang memilih jurusan IPS dan mendapat kelas IPS yang terujung.
Dibanding teman-temannya, kitaa gak tahu Ia digolongkan didalam golongan mana. Mungkin juga Ia tidak ada dari semua golongan-golongan ini.
Disekolahnya, ada segerombol gadis yang menggunakan rok super mini dan menamai mereka segerombolan gadis popular, memiliki segalanya. pacar yang tampan, handphone mahal, teman-teman yang setia ( padahal paling sering berantem sesama genk!), memiliki wajah yang lumayan tapi ada juga yang gak lumayan sama sekali. Hobi banget ngomongin artis luar yang gak tau siapa itu, menjadi manusia-manusia paling ter-update disekolah,  atau memiliki fans-fans adik kelas yang selau mengejar mereka kemanapun mereka melangkah. Haaaa!!???!
Ada juga beberapa anak yang selalu membawa catatan pribadi mereka, tidak memiliki banyak teman, tertutup, dan terdepan dalam soal akademik. Rata-rata anak-anak IPA jarang banget negor orang lain, gak terbuka dan biasanya anak-anak disekolah memanggil mereka dengan sebutan ‘orang cupu’.
Tak banyak yang Siwi tahu tentang anak-anak ini, namun yang sangat jelas terlihat bahwa mereka sering mengatasnamakan tugas organisasi demi meninggalkan kelas yang diisi oleh guru-guru menyebalkan. Rata-rata anaknya terbelakang dalam bidang akademik, namun terdepan dalam hal-hal organisasi.

Sedangkan Siwi, seorang gadis yang memiliki rambut ikal sebahu, postur tubuhku tidak begitu bagus, kurus namun tidak seberapa tinggi tapi tidak pendek juga. Tidak memiliki keahlian untuk merias diri, apalagi harus mengurusi penampilannya secara detail dari hal terkecil sampai yang bisa dilihat oleh semua teman-teman di sekolah. Ia juga tidak pintar dalam segala bidang akademik, Siwi sudah memilih jurusan IPS namun tetap saja Ia tidak mampu meraih peringkat 20 besar sedangkan isi kelasnya hanya 28 orang. Disekolahnya terdapat banyak organisai-organisasi, namun taksatupun yang Ia ikuti. Ia lebih memilih untuk merenung dikelas daripada harus bolak-balik keluar kelas demi mengurusi suatu organisasi.

            ‘teeeeeeeeettt!’
Suara bel melengking dari utara kelas. serentak satu kelas gaduh dan keluar kelas. semua telah memiliki teman untuk diajak kekantin sedangkan Siwi hanya melongo menunggu seseorang akan mengajak kekantin. Dan sayangnya tak ada satupun dari temannya yang melakukan itu.
Ia beranjak dari tempat dudukku dan mencari siapa yang mau diajak kekantin sekarang,karena semua cacing yang ada diperutnya sudah tidak mau menunggu lagi.
“Haaah, aku terpaksa pergi kekantin sendiri.”
 Tiba-tiba segerombolan anak popular ( begitu sih katanya) berjerit.
            “apa?” tanyaku dalam hati,
Siwi mencoba tak memperdulikan mereka dan tetap saja berjalan kekantin karena  perutnya sudah sangat keroncongan.
Setibanya dikantin Ia langsung menuju tempat kasir dan memesan kemudian kembali untuk menempati tempat duduk sebelum  kepenuhan dan harus duduk dimeja kasir lagi ( Siwi pernah duduk dimeja kasir karena tidak mendapat tempat untuk duduk ).
Semenjak hari itu Ia menjadi pelanggan ibu kantin yang paling setia dan tidak pernah terlambat memesan makanan.

Sudah cukup lama Ia menunggu ibu kantin mengantarkan jatahnya. Dari utara tempat duduknya, tepatnya didepan matanya, Siwi melihat seseorang berjalan kearahnya. Wajahnya tampan bahkan tak dapat diungkapan lagi. Tubuhnya tinggi, tak seberapa putih namun tidak hitam pula. Matanya segaris membentuk setengah lingkaran dan hidungnya hampir menyamai tingginya monas. Sudah dua tahun Siwi bersekolah disini tapi baru sekali Ia bisa mengakui bahwa disekolah ini sekarang punya anak murid yang wajahnya ganteng kayagini.
            “siapa dia? Ganteng banget!” gumamnya dalam hati.
Tanpa basa-basi dia memilih untuk duduk tepat didepan Siwa. Naluri Siwi sebagai seorang gadis muncul, ingin sekali Ia menatapnya, memandang wajahnya, berbicara padanya, tapi Siwi tak mengenalnya dan daripada cowok ini membuat Ia malu, Siwi hanya berpura-pura tidak memperdulikannya. Toh dia tidak tahu kalo saat ini Siwi yang sedang duduk didepannya sedang memikirkan dia.
“Makananku datang, bagaimana ini? Aku sangat lapar tapi aku harus makan seperti orang kelaparan didepan orang setampan dia. Bisa-bisa dia jadi illfeel sama aku.”
            “haaa? Apa-apaan aku ini? Mau menatapku saja dia belum tentu mau apalagi mau memperhatikan cara makanku. Mempeurdulikan aku lapar atau tidak. Itu adalah sesuatu yang ga mungkin banget.” kecamnya dalam hati.
Yaa Siwi terpaksa harus tetap makan walau sitampan itu sedang duduk tepat didepannya. Apa pedulinya kan? Bodok amat deh. Pikir Siwi
            “laper?” Tanya sitampan. Apa? Cowok itu menegurnya.
            “haa? Iya nih”
            “oh.” Jawabnya singkat
Cuma begitu jawabannya? Heran deh tampan-tampan tapi irit omongan. Tapi gak apa deng itung-itung bisa diinget suaranya. Aku teruskan makanku dan tidak memperdulikan tampan lagi.
Teeeeeeeeeeeeeeeet! Nyanyian bel itu sedikit membuat kupingku rada sakit,lengkingannya tajam banget.
Aku mempercepat makanku unutk kebali kekelas dan kembali sendiri tanpa seorang teman sebangku. Sendiri lagi sendiri lagi --“

Keadaan kelas ini lama-lama lebih pantas disebut pasar, keramaian mengisi seluruh ruangan kelasku.
Lama-lama aku merasa bosan juga sendiri tanpa teman sebangku, bingung gak ada yang bisa dicontek kalo lagi ulangan, bingung kalo lagi pengen ngobrol, bingung kalo lagi suntuk mau curhat tapi sama siapa. pengen berbagi cerita kalo lagi seneng.
Tiba-tiba lamunanku buyar, guru yang akan memandu kami masuk dan membawa seorang yang kami sekelas tak ada yang mengenalinya, tapi.. tunggu dulu, itukan sitampan yang tadi itu. haduh dia ternyata sekolah disini juga, eh maksudku dia akan bersekolah disini, eh sudah bersekolah disini sekarang dan bahkan sekelas denganku. Aku melongo suatu hal yang sangat tidak aku sangka kalau dia  sekelas denganku, dan kini kandidat utama yang akan bersandingan duduknya dengan tampan adalah aku sendiri, karena gak lain gak bukan dikelas ini cuma aku yang gak punya temen duduk.
            “ Angga, gimana kamu mau masuk kelas yang ini?” Tanya guruku.
Haah? Pertanyaan yang aneh banget kan? Kenapa harus ditanya dulu dia mau apa enggak masuk kelasku. Eh nanti dulu sekarang aku udah tau siapa namanya ternyata namanya Angga. Emang Tuhan itu adil sama aku, sekian lama aku menanti,setelah 16 tahun menjomblo sekarang yang didepan mata seorang cowok ganteng yang mungkin aja semua cewek satu sekolah dari yang cupu sampe yang paling popular aja setengah mampus iri sama aku kalo aku bisa dapetin hati Angga yang menyimpan segudang pesona itu.
            “kamu mau duduk mana Angga?’” Tanya guru itu lagi.
            “saya sih maunya duduk didepan pak,supaya gak terlalu jauh kalo mau mandangin guru,tapi berhubung yang kosong cuma itu ya udah deh saya duduk situ aja.” Ucap Angga seraya menunjuk kearah bangkuku.
            “kalo kamu mau duduk depan tidak apa-apa,nanti saya akan memindahan salah satu dari murid-murid ini.”
            “gak usah pak, makasih yaa?”
            “ya udah,silahkan menempati bangku kamu. Semoga kamu nyaman besekolah disini selama `        satu semester ini yaaa?”
            “iya pak,makasih.” Jawab Angga, setelah itu ia berjalan kearahku.
Ia letakkan tasnya disampingku, senyumku melebar Angga ganteng akan duduk sama aku selama satu semester ini. Asikkk aku punya temen sebangku udah ganteng, putih, ramah gak salah deh aku suka sama dia?.
            “eh lo tadi yang dikantin tadi itukan?” Angga membuka obrolan.
            “iyaa, salam kenal ya? Gue Siwi, semoga lo nyaman deh duduk samping gue”
            “iya, gueee ….”
            “gue udah tau nama lo kok.” Ucapku memotong omongan Angga tadi.
Sangking menikmati obrolanku dengan Angga tadi aku sampai-sampai tidak memperhatikan guru itu berbicara ntah apa yang dibicarakan bapak itu. aku gak peduli sekarang yang aku peduliin cuma teman sebangkuku yang baru. Yang saat ini sedang menghadap kearahku dan berbicara denganku dan mendengarkan ku bicara.
            “ lo anak baru yaa Ngga? “ tanyaku padanya
            “ yaa iyalah, aneh sih lo nih nanyanya! “ jawab Angga ketus.
Haaah! Aku kan cuma basa-basi sekedar membuka obrolan, ketus amat jawabnya.
            “ yaelah gue kan cuma basa-basi sekedar buka obrolan. “
“ maaf, gue sekolah disini bukan buat dapet temen ngobrol tapi gue sekolah disini supaya gue   bisa nambah ilmu. “
Mampus! Galak banget dia.
            “ yaudah kalogitu, semoga lo nyaman deh sekolah disini. “
Angga hanya diam, dia gak menjawab omonganku, bingung sendiri jadinya mungkin karena aku malu aku jadi salah tingkah dan gak bisa diam selama pelajaran ini. Ada-ada saja yang aku lakukan saat ini bernyanyi tapi saat ditengah-tengah lagu aku tiba-tiba lupa, menulis yang gak jelas, tiduran, banyak deh. Kelakuan ku tadi membuat Angga menegurku.
            “ bisa diem gak sih lo? Salah tingkah amat sih, gue jadi gak konsen mau belajar! “ ucap Angga pelan sekaligus membuat aku malu untuk yang kedua kalinya, aku bener-bener gak bisa berfikir kenapa dia bisa ngomong gitu sama temen yang belum satu hari menjadi teman sebangkunya. Ganteng-ganteng tapi aneh!
******************************************
Pelajaran ini rasanya seperti setahun, aku yang megira tadinya akan lebih bahagia krena mendapat teman sebangku yang baru justru malah merasa bosan sendiri karenanya, kalau tahu begini aku lebih memilih untuk duduk sendiri walaupun untuk satu tahun kedepan lagi. Yaa itu mungkin lebih baik daripada aku harus duduk dengan Angga yang cueknya amit-amit deh…

Suara bel baru saja berbunyi, wajah-wajah penuh kecerian mendengar lengkingan bel yang nyaringnya minta ampun berhamburann keluar kelas, aku hanya berjalan lesu menuju halte dengan muka masam.
            “lo pulang dengan siapa?“ tanya seseorang dari belakang. Dan  itu adalah suara Angga.
            “eh elo, gue? Pulang sendirilah, kenapa?“
            “gakpapa, pulang bareng gue yaa?” ucap Angga sambil tersenyum, dan senyumnya manis banget.
            “gue? Lo ngajak bareng gue?”
“iyaa, mau kan? Gue baru disini jadi gue perlu pemandu yang bisa bantuin gue supaya gue gak kesasar, mau?”
Aku gak mungkin ngelakuin hal bodoh dengan menolak ajakan Angga untuk menjadi pemandunya, walaupun cuma dianggep pemandu tapi lumayanlah seenggaknya aku bisa setiap hari deket-deket dia.
            “oh gitu, yaudah iyaa. “
            “sipp, thank’s yaa?”
Aku tak menjawab omongan Angga, kemudian aku dan Angga berjalan menuju halte bis.

            Cuaca siang ini cukup panas, sudah hampir satu jam aku dan Angga menunggu disini, keringat ku mengucur dari dahi. Sementara Angga hanya duduk dibangku dan terdiam, jauh berbeda saat dia mengajak ku saat pulan sekolah tadi. Aku jadi bingung dengan perubahan cepat yang terjadi pada sifat anak baru ini, kenapa dia kadang terasa sangat menyebalkan namun kadang terasa sangat menyenangkan? Pertanyaan yang hanya Angga yang tahu jawabannya.

Aku masih menunggu dipojok bangku, menatap matahari yang sekarang sudah digantikan oleh butir-butir air hujan. Angga masih terdiam, tak sekalipun ia menoleh kearahku, aku bosan dengan keadaan seperti ini.
            “Ngga, lo bisu tah?” ceplosku
            “enggak. “
            “ngomong kek, apa ajak gue ngobrol kek. Tau gini mending gue pulang sendiri deh!”
“lo sendiri daritadi gak mau ngajak gue ngobrol kan? Gue kira lo ga mau ngobrol dengan gue!” ucap Angga meninggi
“oh gitu, ya udah! Tau ga sih, lo itu orang paling aneh yang pernah gue tahu!” ucapku
seraya menjauh dari halte, aku berjalan membelakangi Angga. Dan kini yang aku fikirkan adalah, aku gak akan mau lagi kalau dia minta untuk pulang bareng denganku untuk yang kedua kali atau untuk seterusnya apalgi harus menjadi pemandu orang aneh itu. Air hujan membuat rambutku lembab, ku usap air mataku untuk yang keberapa kali.
Adalah Angga penyebab kekacauan ini, perasaan kesal memenuhi seluruh ruang hatiku, yang dapat aku lakukan adalah berjalan kerumah dan menutupi wajah agar tak ada yang melihat kalau aku sedang menangis.
                                                ----------------------------------------------------------                                   
Aku memandang keluar jendela kamarku, malam ini langit sangat indah dengan ribuan bintang yang berkumpul disana, aku masih memikirkan kejadian bersama Angga tadi siang, entah apa yang ada dipikiranku saat ini. Semua kekesalanku kepada Angga hilang gitu aja, padahal Angga minta maaf aja engga dengan aku..
Hari ini hari yang gak bakal aku lupain, bukan karena Angga melakukan sesuatu hal yang membuatku melayang melainkan membuatku seperti ingin melayangkan tinjuanku padanya.
Sebenernya sifat yang terlalu dingin itu membuat ku penasaran tentang apa yang akan dia lakuin kepadaku besok-besok, aku memikirkan akan sebangku dengannya sampai kenaikan kelas nanti dan aku akan merasakan siksaan yang setiap hari kuterima karena sifatnya yang tak jelas itu, semua angan-anganku tentang Angga yang tampan dan mempesona menjadi seperti bayangan suram yang akan menghantuiku setiap hari.
“Ngga, kenapa sih lo kayagini sama gue? Gue bingung dengan sikap lo yang suka berubah-ubah kayagitu! Lo ganteng, cakep, pinter dan sempurna tapi sikap dan sifat lo buat gue ngerasa harus ngejauhin lo.. “
Mulutku terbuka lebar, aku mengantuk. Ku pandang jam dinding yang sudah menunjukkan waktuku untuk menuju kasur. Hoooooooooooooooooaaaaaaaaaaaaah, ngantuukknyaaaaaaaaaaaaaaa!


Peerubahan manis.
Akuu kesiangaaaaaaaaaaaaaan lagiiii. Aku berlari menyusuri koridor sekolahku, semua pintu tertutup dan aku rasa aku adalh satu-satunya murid yang telat hampir setiap hari, suara langkahku memcah keheningan sekolahku.
Sekarang aku sudah berdiri disamping pintu kelasku, mencoba mendengarkan siapa saat ini guru yang mengisi kelasku pagi ini. Heniing, sepertinya sedang ada guru yang berbicara dalam kelasku.
            “mampus gue! Yaa Tuhan tolong gue, cariin bantalan supaya gue gak kena maarah. “
Do’aku dalam hati, tiba-tiba seseorang membuka pintu kelasku. Dan itu adalah Angga.
            “lo telat? Kenapa gak masuk, kita gak ada guru tau. “ ucapnya dan langsung kembali masuk kekelas.
“haah?! Apa coba maksud anak ini? Cuma gitu doang ngomong sama gue? Gk ada basa-basi  amat jadi orang!”
Wajahku kusut, masih pagi dan aku telah dibuat jengkel oleh Angga yang aneh itu, aku melihat dia sudah duduk tepat disamping tempat dudukku wajahnya tertunduk aku berjalan kearahnya dan dia seperti seolah tak memperdulikanku ia masih saja menunduk untuk meneruskan bacaannya. Lagi lagi aku harus mengurut dada melihat kelakuan Angga dia sama sekali tidak menoleh kepadaku apalagi dia meu meminta maaf atass kejadian yang amt sangat membuatku murka kepadanya.
Aku berpura-pura tidak memperdulikannya juga, aku berharap dia sadar sama kesalahan dia kemaren yang hampir membuat aku gundulin rambutnya.
              “hobi amat sih lo berangkat siang!” ucap angga mendadak membuat aku menoleh kearahnya dengan muka penuh keheranan.
Maksud anak gilak ini apa coba?!
              “terserah guelah!”
“lo gak bisa dibilangin ya? Gue cuma ngajarin lo biar gak kesiangan terus, bosen tau gue punya temen tukang berangkat siang!” jawab Angga dengan nada marah, mukanya merah kaya
Tomat.
            “eh terserah guelah yaa, apa urusan lo, kalo gak suka lo bisa pindah duduk dengan yg lain gue juga gak butuh temen yang tukang ngurusin urusan orang kaya elo!”
Suasana kelas jadi heboh, semua mata anak-anak sekelas tertuju pada aku dan Angga yang masih tatap-tatapan, mereka ngeliat aku dan Angga seolah-olah kaya orang yang udah bertahun-tahun pacaran dan ini adalah kali pertama kami bertengkar, aduhhh gak banget dehh..
Jangan salah sangka dong, males banget deh disanding-sandingin dengan Angga yang punya sifat aneh kaya begitu..
              “gak usah natap-natap gue, gue benci sama lo!” Ucapku meninggi, aku meraih tasku dan memilih pergi menjauh dari Angga.
              “lo gak boleh pindah semau mau lo ya! Lo duduk sama gue, jdi lo harrus punya aturan!” jawab Angga seraya menarik tangan.
Anak-anak dikelas semakin heran dan ngeliatin aku dan Angga, plis deh tolong jangan anggep gue ada hubungan apa-apa dengan Angga.
              “gue gak mau ngga! Lo aneh!” Ucapku meninggi, ucapanku membuat Angga melepaskan genggamannya. Wajah nya memerah menahan marah aku  lihat ada sedikit kekecewaan diraut muka Angga, aku merasa bersalah.
                                                              -----------------------------------------        
Aku tak tahu mengapa Angga tadi bersikap seperti itu, aku merasa bersalah mengatakan dia adalah orang yang aneh. Mungkin dia akan memebenciku sekarang, tapi itu lebih baik daripada aku harus selalu bertengkar karena hal yang gak penting dengannya.
Aku masih duduk dipojokan kelasku saat bel telah berbunyi, Angga sudah dari awal keluar kelas  dan sekarang pasti dia sedang dikerumunin cewek-cewek diluar kelas.
              “ayok kekantin sama gue, gue minta maaf sama lo soal tadi pagi. Gue yang salah.” Suara angga membuyarkan lamunanku, aku gak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba ada didepanku dan minta maaf, aku heran tapi aku akui Angga dewasa bangetn kali ini.
“gue gak yakin lu beneran nyesel soal tadi pagi. Tapi yaudahlah, gue juga minta maaf sama lo soal tadi pagi.” Jawabku dengan nada rendah.
Aku dan Angga berjalan menuju kantin, aku gak tahu harus muali obrolan dari mana. Aku sealu salah tingkah bila disandingkan dengan Angga.
Sesampainya dikantin aku dan Angga langsung cari kursi, Angga duduk tepat pas  banget didepan gue. Cewek-cewek yang aku tahu pasti iri denganku melihat aku dan Angga dengan tatapan sinis yang mengejek, seolah-olah aku seperti itik buruk rupa yang berjalan bersama seorang pangeran.
            “lo mau makan apa wi?” tanya Angga lembut, suaranya tenang dan tatapannya sendu. Ini pertama kalinya aku dengar Angga memanggiku dengan sebutan ‘wi’.
            “ehh, engga gue minum aja. Gue masih kenyang kok.”
            “beneran? Yaudah tunggu bentar ya gue pesenin.”
            “hmmm, iya.”
Perubahan Angga yang aku gak tahu kenapa membuat dada aku berdebar kencang, ini pertama kalinya aku berani menatap mata seorang cowok, kenapa Angga begitu membuatku gugup? Apa yang ada didiri Angga?
                                                ----------------------------------------------------------


             
 

Angga masih berjalan menuju rumahnya, Ia baru pindah kejakarta satu bulan yang lalu karena orang tuanya terkena mutasi kerja. Ayah dan ibunya memiliki sifat yang keras, dan  mereka menanamkan kepada Angga untuk melakukan semua dengan serius. Mungkin hal ini yang mebuat Angga menjadi begitu kaku kepada orang lain.
            “aku pulang ma.” Ucap Angga seraya berjalan kekamarnya.
“iya sayang, ganti pakaian dan cepet makan siang ya, mama dan papa masih mau kekantor lagi.” Suara mama Angga terdengar menjauh, mungkin mereka sudah meninggalkan Angga
sendirian dirumah, itu yang mereka lakukan setiap hari.
                                                            ------------------------------------
Angga tidur diranjangnya, matanya sayu menahan kantuk. Ia sedang memikirkaan Siwi teman sebangkunya yang baru ia kenal. Matanya menyipit, bibirmya memebentuk setengah lingkaran. Ia tersenyum memikirkan Siwi.
                                                            ------------------------------------
Suasana kelas hening, Angga masih duduk dibangkunya saat kelas masih sangat sepi. Matanya tertuju kepada buku yang ia pegang.
            “hai ngga” Ucapku menyapanya.
            “hai, tumben lu berangkat pagi.”
            “yaaa, gue ngantuk banget ini karena bangun kepagian.” Jawabku
Dikelas waktu semua siswa sedang serius mendengarkan penjelasan guru, mataku udah berat banget nahan kantuk yang melanda. Tanganku aku pngguhkan didaguku. Dan aku tertidur.
Rasanya gak nyaman tidur sambil duduk, tapi itu lebih baik dari pada aku harus menahan ngantuk selama dua jam.
            “Siwi bangun! Apa-apan sih lo ini tidur dikelas.”
            “gue ngantuk banget Ngga. Plis jangan ganggu gue tidur”
            “gak bisa, gue gak bisa diemin lo tiur disamping gue. Gue gak suka!” ucapan Angga meninggi.
            “yaa apasih masalahnya Ngga?! Gue gak ganggu lo kan?’
            “jangan tidur dikelas!”
            “kenapa sih Ngga lo selalu ngebentak gue? Kenapa sih lo milih duduk sama gue?
              Kenapa sih Ngga lo ini selalu ngurusin urusan gue?!”
            “gue gak suka lo tidur dikelas!” Angga berteriak, wajahnya merah padam seperti hendak menerkamku. Aku beranjak dari kursi dan pergi ketoilet.
Sepanjang jalan menuju toilet aku menahan tangis karena Angga.  Kennapa dia selalu membentak aku? Kenapa dia selalu berubah-ubah. Aku benci Angga!
Aku duduk di toilet selama satu jam sampai pelajaran berakhir, mataku sembab menangisi Angga yang selalu membentakku. Aku gak tahu kenapa Angga begitu kasar kepadaku, tapi dilain sisi terkadang ia bbegitu lembut terhadapku. Angga membuat perasaanku bercampur aduk. Setelah jam pulang menejrit dari office.
Aku berjalan menujugerbang, kulihat Angga berdiri disana dengan wajah cemas ia melihat kekanan kiri, aku tak tahu apa yang dicarinya aku tak perduli dengannya. Saat aku masih memandangi Angga, matanya menangkapku, ia melihatku dan langsung berlari kearahku.
            “lo kemana ajasih wi? Gue minta maaf sama lo.” Ucap Angga dengan muak penuh kekhawatiran. Matanya merah hampir menangis.
“ini bukan salah lo Ngga, mulai sekarang gue minta lo jangan urusin urusan gue lagi. Gue mau pulang sekarang.” Langkahku mulai menjauhi Angga.
                                                            --------------------------------
Semenjak hari itu aku dan Angga mulai berjauhan, aku sama sekali tak pernah sekalipun menegur Angga. Didalam kelas aku hanya berdiam dan terkadang Angga mengajakku ngobrol sekedar bertanya keadaanku, namun aku tak ingin menjawab.

Ujian Akhir tiba.
Aku masih memandangi langit-langit rumahku, aku gelisah memikirkan ujian kenaikan yang sebentar lagi datang. Disaat aku sedang memikirkan ujian, wajah Angga terselip dibenakku. Aku mulai terbiasa dengan keadaanku yang semakin kesini semakin tak karuan, aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku. Ntah ini syndrome apa namanya, aku selalu malas melakukan hal-hal lain selain tidur.
aku melihat kearah jam, sudah terlalu larut malam sekarang. Aku terlelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar