Thank’s February! J
Sekolah Baru,
Hari Baru
Minggu terakhir
dibulan Januari, Jakarta diwaktu pagi. gak heran kalo dijam-jam kerja kayagini
puluhan mobil udah pada ngantri disekitaran jalan-jalan utama di ibukota ini.
Beberapa orang nampak kesal, mungkin aja mereka terlambat kerja atau mungkin
mereka gak tahan dengan keadaan kota Jakarta yang semakin hari semakin
mendesak.
Dari kaca sebuah
bus, Cantik dan Nina memandangi rapetnya barisan mobil-mobil mewah yang hampir
setiap hari jadi tontonan mereka. Dengan seragam ala anak SMA pada umumnya mereka duduk dideretan paling
belakang bus itu.
Hari ini hari
pertama Cantik dan Nina menggunakan seragam SMA. Hari ini juga mereka merasa
sudah tidak perlu takut dengan ulah-ulah iseng para senior yang gak
bosen-bosennya ngerjain junior yang sebenernya gak ada salah. Alasan mereka
ngerjain para junior cuma sebagai formalitas selama masa MOS, padahal
sebenernya sih itu cuma alasan mereka aja. Gak heran kalo selama ini MOS
menjadi momok para siswa-siswi yang baru masuk tahun ajaran baru. Gak heran
juga kalo tahun ajaran baru membuat seluruh calon anak SMA menjadi was-was
memilih sekolah barunya nanti, karena banyak sekolah dengan tanpa kasian ngerjain
adik-adik kelas mereka dengan kegila-kegilaan yang jauh diatas batas kenormalan.
-------------------------------------------------------
Bus terus
melaju, disetiap meter jalan itu Cantik dan Nina lalui dengan candaan yang
kadang-kadang menganggu para penumpang lain yang cuma bisa diam nungguin nyampe
ditempat tujuan. Ada juga yang terlihat tidak menyukai keberadaan mereka berdua
bersama dengan kebisingingan yang hampir memenuhi koridor bus tersebut. Mata
para penumpang tak pernah lepas dari mereka saat mereka tertawa dengan lepas.
Bus itu berhenti
di pertigaan jalan, dengan giras Cantik berlari mendahului Nina yang sudah
lebih awal didepannya, nampak terlihat gurat kesal diwajah Nina tapi Ia masih
bisa menahannya, karena sudah gak heran lagi kalo sahabat yang udah 3 tahun
menjadi sahabatnya itu memiliki sifat iseng yang mungkin sudah mendarah daging
yang mungkin udah gak bisa di lunturin lagi dari diri Cantik. Rambut ikal
sebahu Cantik menggibas-nggibas wajahnya dengan wajah iseng Ia menoleh ke Nina
seraya memberikan ekspressi muka yang mungkin saja bisa membuat orang lain ingin
melemparinya dengan sepatu biar dia kapok.
“Tungguin gue Ca!!”
Teriak Nina dari belakang. Jeritan Nina tak membuat langkah Cantik terhenti, Ia
tetap saja berlari tanpa memperdulikan kedongkolan Nina.
“Ca, tungguin
gueeee!” Nina menjerit lagi, kali ini jeritannya berhasil membuat cantik
berbelok arah dan berlari kearahnya.
Nampak jelas
terlihat rasa kesal menumpuk di ubun-ubun Nina, hampir disepanjang jalan Cantik
mencoba merayu Nina agar tak lagi mengacuhkannya. Nina tetap saja tak
memperdulikan Cantik kali ini Ia yang
akan gantian ngerjain Cantik. Dengan muka sok-marah Ia berjalan tanpa
menoleh ke Cantik. Tanpa pikir panjang Cantik berlari kecil menyusul Nina yang
sudah duluan.
Diaula sekolah.
Kecanggungan tampak dari wajah-wajah
para siswa-siswi baru yang berkumpul di aula sekolah, upacara penerimaan murid
baru akan dilaksanakan sebentar lagi. Tinggal menunggu sebentar lagi mereka
akan resmi menjadi murid sekolah ini. Kericuhan nampak terdengar dari
barisan-barisan anak baru itu. Ntah apa yang sedang mereka bicarakan, mereka
pada sibuk dengan teman masing-masing sementara mata Cantik mencoba mencari
Nina di barisan yang lain, matanya mencari-mencari dimana posisi berdiri Nina
saat ini. Menyesal sekali mungkin yang dirasakan Cantik karena telah membuat Nina
marah.
Tiba-tiba
kegaduhan itu musnah, suara lantang Kepala Sekolah membuat ratusan mulut
murid-murid terkunci. Mata mereka
tertuju pada sang Kepsek.
Pidato yang
cukup menguras keringat para murid itu baru saja diakhiri oleh pak Kepala
Sekolah, setelah terdengar perintah untuk bubar barisan. Tanpa pikir panjang
semua murid kelas sepuluh berhamburan menuju ruang perpus untuk melihat dimana mereka akan menduduki kelas
yang selama setahun kedepan ini akan mereka tempati. Lain dengan anak-anak
murid yang lain, Cantik nampak sibuk dengan pencariannya, sampai saat ini Ia
masih belum saja melihat Nina, ntah dimana saat ini Nina berada. Mungkin Ia
sedang mengintip Cantik dari kejauhan sambil tertawa geli menahan lucunya muka
Cantik saat panik mencarinya, atau mungkin Ia sedang duduk disuatu tempat
sambil bersembunyi dari Cantik agar Ia tak henti-henti mencari Nina.
Persahabatan yang aneh, dari kelas satu
SMP mereka satu sekolah, lebih tepatnya satu kelas, tak sedikit hal yang telah
mereka lalui bersama, Nina adalah teman pendengar yang sangat baik, hampir
semua rahasia-rahasia Cantik dipegangnya. Rahasia saat Cantik merobek absensi
milik wali kelas mereka, rahasia saat Cantik mendapat first kiss-nya atau rahasia saat Cantik rela membohongi mamanya
demi first date-nya.
Gak jauh beda dengan
Nina, Cantik juga setia banget dengerin Nina kalo udah curhat. Cuma bedanya
Nina kalo udah cerita, semuanya diceritain kadang sampe yang gak penting
sekalipun harus Ia beritahukan pada
Cantik, gak peduli itu rahasia yang memalukan sekalipun. Wajar aja kalo
kadang-kadang Cantik mengancam akan memberitahukan pada semua orang tentang
rahasia Nina yang gak bisa nahan BAB kalo lagi nervous.
-------------------------------------------------------
Who Is He ?
Koridor sekolah ini tak cukup luas
untuk dilewati ratusan murid disekolah, terlihat beberapa siswa mencoba
menerobos kerumunan orang berseragam putih abu-abu itu. Cantik hanya mampu
memanggut dua kepalan tangannya dibawah dagunya, matanya sayu, Ia tak tahu
dimana lagi harus mencari Nina, Ia juga heran bagaimana bisa Nina bersembunyi
darinya hanya karena perbuatan jailnya tadi pagi. Yang Ia inginkan saat ini
adalah menemui Nina dan kemudian meminta maaf dan berjanji tidak akan
melakukannya hal bodoh itu lagi.
“Nungguin apa sih?“.
Seseorang menegur Cantik dari belakang, membuat cantik harus terpaksa menoleh
kebelakang. Gak sia-sia deh Cantik terpaksa menoleh kebelakang, karena saat ini
Nina sudah berdiri didepannya dengan senyum yang merekah.
“Eh elo anak badak,
lo kemana aja? Gue dari ujung-keujung nyariin elo tauk!“. gerutu Cantik.
“Gue daritadi di
perpus, nunguin elo datengin gue.”
“ Yee, gue udah
hampir patah kaki ni gara-gara nyariin elo, gak taunya elo malah nyantai
diperpus.“
“Jadi gue yang
salah? Gue yang harus minta maaf?“ balas Nina ketus.
“Enggak enggak,
elo gak salah kok. Maaf ya?“
Senyum Cantik
melebar, membuat sebuah lubang disebelah kanan bibirnya. Hal yang tak dimiliki
oleh teman Nina yang lain, yaitu senyuman yang dimiliki Cantik, senyuman yang
mampu meluruhkan segala amarah yang memenuhi otaknya.
“Iya deh.“ Nina
membalas senyum cantik, kemudian menarik tangan Cantik, menandakan bahwa Cantik
harus diam dan menuruti kemauan Nina yang Ia sendiri tak tahu akan dibawa kemana.
Tangan Nina
masih menggenggam tangan Cantik, ditariknya cantik menuju sebuah ruang kelas.
Dilihat sekelilingnya oleh Cantik, kemudian ia menggaruk-garuk kepalanya.
“Ini kelas lo
ya? “ tanya Cantik.
“Iyaa, kita gak
sekelas nih. Padahal tadinya gue mau duduk sama lo buat yang ke-empat kalinya”
“Gak apalah,
sekali-kali kita gak nyampur kan gakpapa?“ jawab Cantik sambil tersenyum
“Iyaa deh, tapi
gue mau duduk sama lo lagi Ca.“
Baru saja Cantik
ingin menjawab omongan Nina bel sudah menjerit menandakan mereka harus
menyudahi obrolan mereka dan kembali kekelas masing-masing.
“Nin gue kekelas
dulu yaa? Ntar pulang sekolah gue jemput lo dikelas lo.“ jerit Cantik seraya
melambaikan tangannya. Nina hanya mengangkat jempol tangan kanannya sampai
setinggi kepala.
-------------------------------------------------------
Pelajaran
pertama Nina nampak tak mengenakkan baginya, hampir selama dua jam ini Nina
hanya memain-mainkan bolpoinnya, tak pernah sekalipun Ia mencoba memperhatikan
guru didepan kelas.
Dalam hatinya
mengatakan bahwa Ia sangat ingin saat ini yang duduk disampingnya adalah
Cantika Rastiasmara bukan orang gendut yang memakai kacamata yang gak pernah
negor Nina untuk berkenalan apalagi mau ngajak ngobrol sampai ditegor guru.
Huuussh Ia mendengus, pelajaran ini membuatnya ngantuk, Nina melipat kedua
tangannya diatas meja dan meletakan kepala diatasnya. Ia tertidur.
KRIIIIIIIIIIIIIIINGGGG!!!!!
Suara bel itu membangunkan Nina dari tidurnya, Ia melihat sekeliling kelas
semua siswa sudah bersiap-siap untuk pulang, tanpa pikir panjang Nina pun
segera mebuka matanya dan membereskan mejanya.
-------------------------------------------------------
“Mau kemana nih kita?“ tanya Cantik pada Nina
yang masih mengusap-ngusap mukanya
“Lo temenin gue
ke ruang OSIS ya? Gue mau ngambil formulir pendaftaran buat ikut eskul voli. “
“ Oke deh.“
Sesampainya
mereka diruang osis, suara bising terdengar dari luar ruangan, sepertinya
mereka sedang mebicarakan sesuatu yang sangat lucu sampai-sampai mereka tak mampu
menahan tawa mereka.
“Eh lo masuk
sendirian yaa? Gue gak berani nih rame banget? Gakpapa kan? “ pinta Cantik
“Cemen lo ah, ya
udah biar gue masuk sendiri. “ balas Nina seraya membuka pintu ruang osis.
Ketika Nina memasuki ruang osis ia nampak keget yang ada dalm ruangan tersebut
hanyalah segerombol anak laki-laki yang gak tau kelas berapa dan ada perlu apa
mereka disini, kemudian Nina membuka mulutnya.
“Emmm, saya mau
ambil formulir voli. Ada? “
“Ada nih,
kebetulan gue juga ikut voli disini.” Jawab salah satu dari mereka, kemudian
memberi Nina selembar kertas.
“Makasih yaa,
kalian ngapain disini? Emang ruangan ini boleh dimasukin seenaknya ya?“.
“Enggak kok, temen
kita ketua osis disini jadi kita boleh masuk keruang ini, lo anak kelas sepuluh
yaa?“ tanya anak tersebut.
“Iya, emang lo
kelas berapa? Kakak kelas gue ya? Emm, gue Nina anak kelas X.4, makasih yaa
buat formulirnya“ balas Nina sambil menjulurkan tangannya.
“Gue kelas XII,
iya sama-sama gue Aldo IPS2.“ jawab Aldo tersenyum
“Oke salam kenal
aldo, thank’s buat formulirnya.” Balas Nina seraya menutup pintu ruang osis,
untuk pertama kalinya Nina berkenalan dengan siswa disekolah ini kecuali
Cantik.
“Udah Nin? Makan
yuk, laper gue.” Ajak Cantik seraya memilin tali tasnya.
“Oke, traktir
ya?”
“Sippp”.
-------------------------------------------------------
Tepat nya jam
empat lebih Nina sampai dirumah, ia merebahkan tubuhnya dikasur matanya menatap
langit-langit kamarnya. Sesaat Nina ingat tentang formulir eskul voli yang
dimintanya tadi. Dikeluarkannya selembar kertas dari dalam tas.
“Duh kusut lagi,
diterima enggak nih formulir gue.” Ucap Nina sambil garuk-garuk kepala.
Kemudian Ia mengeluarkan
bolpoin dari tas miliknya. Nina udah dari SMP ikut eskul voli, awalnya sih
ngikut voli karena Nina naksir sama ketuanya, ternyata malahan si ketua voli
udah punya cewek. Udah jebur basah sekalian, gitu sih dulu Nina mikirnya,
daripada waktu luangnya kosong gak berguna dihabisin bareng Cantik, Nina pikir
lumayan untuk ngisi waktu luang dan Nina akhirnya jatuh cinta sama volinya
bukan sama ketuanya lagi. Bye deh buat
siketua voli jaman Nina SMP.
-------------------------------------------------------
“Nin, ngapain sih lo ngikut voli mulu? Gak
Bosen apa?” Tanya Cantik, saat nemenin Nina ngumpul formulir registrasi jadi
anggota voli.
“Yee, mendingan.
Dari pada elo malesan ngikut eskul ginian.” Ledek Nina.
“Gue sibuk
he-he-he, eh buru kumpulin gue mau kekamar mandi nih, kebelet.”
“Yaudah, bentar
lo tunggu sini ya gue masuk dulu. Jangan kemana-kemana lo! Awas aja.”
Nina memasuki
ruang osis, lagi-lagi dia nemuin anak-anak yang kemarin nongkrong disini, Nina
yakin banget kalo mereka ini bolos pelajaran dan jadiin alasan organisasi buat
keluar kelas.
“Sorry, gue mau
nanya ngumpulin formulir voli dimana ya?” Nina mengagetkan semua anak-anak itu.
“Oh, sini ke gue
aja, kebetulan gue anggotanya.” Jawab seorang anak, Nina tahu dia siapa. Aldo,
Anak ini yang kemarin berkenalan dengannya. dilihatnya wajah Aldo, Aldo
tersenyum padanya.
“Emm, okedeh nih
punya gue. Thanks ya.” Jawab Nina terbata, ini untuk pertama kalinya Nina
ngerasa nervous karena disenyumin cowok setelah
dulu pernah ngerasa kayakgini
saat Nina berpapasan dengan ketua voli di masa SMP-nya..
“Ntar sore elo
udah bisa kok ikut kita latihan, kita latihan setiap rabu sore disini.”
“Emm, iya ntar
sore gue ikut. Yaudah gue duluan ya soalnya temen gue nungguin diluar.”
“Oke bye, jangan
lupa ntar sore ya.” Aldo menjawab perkataan Nina, mata berkedip sebelah.
Membuat Nina bingung dibuatnya.
Lalu Nina
bergegas meninggalkan ruangan, Ia berlari kecil sampai tangannya hampir
membentur meja. Ketika Ia diluar, Nina gak ngeliat ada Cantik yang tadi masih nungguin
dia.
“Sial nih si
Cantik, ninggalin gue.”
-------------------------------------------------------
Nina mengikat
tinggi rambut sebahunya, ia menggunakan training diatas lutut berwarna pink.
Sore ini buat pertama kalinya Nina ngikut latihan bareng temen-temen voli baru.
Nina emang belum mahir banget main voli tapi seenggaknya dulu pas SMP kalo ada
lomba voli Nina selalu diikutin walaupun lebih banyak jadi cadangan.
Nina mengayuh
pedal sepedanya, seharusnya bersepeda itu menyehatkan tapi enggak kalo di
Jakarta, udaranya gak mendukung banget buat sepedahan setiap hari, Macetnya
bikin pusing dan polusi udaranya ngerusak pernafasan. Begitulah Jakarta. Nina
memarkirkan sepedanya dilapangan sekolahnya, dilihatnya udah banyak siswa yang
udah mulai latihan duluan, dan lucunya Nina gak kenal dengan mereka satupun.
Lalu,
“Eh elo, kenapa
gak gabung?” Nina menoleh, betapa kagetnya dia melihat Aldo udah ada
dibelakangnya. Aldo menggunakan kaos oblong, dan menurut Nina itu awesome banget.
“Emm, gue gak
kenal siapa-siapa.”
“Yaudah, ntar
biarin mereka selesai aja dulu latihan, ntar lo gue kenalin dengan yang lain.
Gue ketua voli disini he-he-he”
“Elo ketua
voli?? Pantes.” Jawab Nina singkat.
“Iyaa, kenapa
emang? Elo naik sepeda ya tadi? Gue juga.”
“Gak nanya gue
Al.”
“Gue minta nomor
handphone lo dong Nin, klub voli disini kadang suka ganti-ganti jadwal latihan,
maksudnya biar gue enak kalo mau ngabarin elo jadwal latihan.” Aldo menyodorkan
handphonenya, mengisyaratkan Nina untuk mengetik nomor handphone nya untuk Aldo.
Nina gak jawab,
lalu dia mengetikkan nomor ponselnya.
“Nih.” Ucap
Nina.
“Oke thank’s
Nin.” Aldo beranjak, kemudian ia melangkah menjauh, sekali ia menoleh dan
sekali lagi pula ia mengedipkan matanya kepada Nina, Nina termangu. Ini aneh,
Nina ngerasa ada yang berubah didalam hatinya, Ia menyukai Aldo, ketua klub
voli di SMA-nya.
-------------------------------------------------------
“Ca, gue rasa gue suka deh sama Aldo.” Ucap
Nina saat menemani Cantik memilih novel di bookstore
didekat komplex rumahnya.
“Ha? Aldo siapa
Nin?” Jawab Cantik seraya mengernyitkan dahinya.
“Ketua voli
disekolah kita Ca.”
“Ketua voli?
Lagi??”
“Ha? Maksudnya
Ca?”
“Elo ini lucu ya
Nin, inget gak sih dulu elo ngajakin gue ngikut voli terus cuma gara-gara elo
suka sama ketuanya kan, dan sekarang elo lagi-lagi naksir sama ketua voli? Gak
kapok lo?”
Seketika Nina
menelaah perkataan Cantik, Ia baru sadar bahwa ini sama dengan kejadian saat
dia SMP, tapi ini beda, Aldo beda dia gak dingin dan dia gak pernah nyuekin
Nina.
“Tapi, gue kan tadinya
gak niat naksir sama Aldo Ca, gue juga gaktau gue beneran naksir apa enggak
sama dia, tapi gue ngerasa beda aja kalo deket dia.”
“Ya emangnya ada
gitu orang yang nawaitu mau naksir sama seseorang, namanya suka juga datengnya
tiba-tiba. Udah deh elo gak usah bilang elo gaktau naksir beneran apa enggak
dengan dia, gue sih gak pernah ngelarang Nin, asal elo jangan tersakiti lagi
aja.”
“Gue gak yakin
sih, gue cuma mau ngasih tau elo aja he-he-he.” Jawab Nina serawa memilih-milih
buku fisika didepan rak yang ada dihadapannya. Dia tahu dia suka dengan Aldo,
tapi omongan Cantik jadi pikiran buat Nina, Cantik bener, jatuh cinta datangnya
diam-diam, karena cinta datangnya diam-diam maka terkadang cinta pergi juga
bisa diam-diam. Tiba-tiba ponsel Nina berdering, Ia menjauh keluar bookstore. Diusapnya layar handphonenya,
Nina gak kenal ini nomor ponsel siapa.
“Hallo?” Ucap
Nina
“Hallo Nin,
dimana lo?” Ucap seseorang ditelepon.
“Ini siapa? Gue
lagi di toko buku nemenin Cantik.”
“Gue Aldo Nin.”
“Ha?”
“Kok ha? Gue kesana
ya, kebetulan nih gue juga mau cari buku.”
“Ha? Kesini?”
“Kok ha mulu sih
Nin, sekalian gue mau kenalan juga sama temen elo he-he-he.”
“Hmm oke.” Jawab
Nina, kemudian dia menutup teleponnya. Nina gak ngerti maksud Aldo nelpon dia,
dia juga gak ngerti kenapa Aldo mau ke toko buku yang lagi Nina datengin, yang
paling gak Nina ngerti kenapa Aldo mau kesini dan kenalan sama Cantik. Kemudian
Nina sadar, apa mungkin Aldo jauh-jauh mau nyamperin Nina bukan but ketemu
Nina, tapi Cantik? Nina terdiam, Ia tak tahu harus bagaimana jika nanti kalo
beneran Aldo kesini Cuma karena mau ngeliat Cantik. Baru aja Nina cerita ke Cantik kalau dia suka
dengan Aldo, tapi bagaimana kalo justru Aldo yang suka sama Cantik?????
Nina duduk
dipojokan cafe tepat didepan bookstore, Ia
mengusap-usap layar handphonenya. Nina gaktau dia kenapa, gak masuk diakal
rasanya kalo Nina ngerasa cemburu dengan Cantik sementara dia dengan Aldo belum
ada keterikatan apa-apa.
“Nin?” Ucap seseorang mengangetkan lamunan Nina tentang Aldo
dan Cantik, Nina menoleh dilihatnya tepat ada Aldo didepan wajahnya, Aldo
tersenyum.
“Hmm elo Al, ngapain sih lo kesini?” Tanya Nina.
“Hmm elo Al, ngapain sih lo kesini?” Tanya Nina.
“Gak apa-apa kan Nin, mana temen elo? Siapa namanya?
Cantik?”
“Kenapa kok elo nanyain Cantik? Tuh ada didalem.”
“Gak apa-apa
he-he-he, yaudah gue kedalem dulu yaa.” Balas Aldo, untuk kesekian kalinya Aldo
mengedipkan matanya lagi untuk Nina, membuat hati Nina semakin gundah. Ia sadar
ia menyukai Aldo, dan yang paling miris adalah kejadian diwaktu SMP keulang
lagi, cinta Nina bertepuk sebelah tangan dan ternyata si Aldo justru lebih
menyukai Cantik sahabatnya sendiri.
Kemudian Nina
beranjak dari tempat duduknya, Ia melangkah menjauhi bookstore, sekarang memang Nina tidak terlihat menangis, tetapi
didalam hatinya Ia merasa tersakiti.
-------------------------------------------------------
Welcome February
J
Hari pertama
dibulan Februari, Nina sedang mengancingkan cardigan-nya
saat Cantik terdengar memanggil-manggil namanya dari luar pintu gerbang
rumahnya, Nina langsung berpamitan dengan bundanya dan menghampiri Cantik.
Semalam Nina sudah berpikir, bukan masalah buatnya kalo Aldo suka dengan
Cantik, selama ini Cantik selalu jadi sahabat yang baik buat Nina dan buat kali
ini Nina rela banget ngapain aja buat Cantik. Jadi, Nina yakin kalo Cantik
pasti bisa ngertiin apa yang dia rasain.
“Nin, elo kenapa
kemaren ninggalin gue sih?” Tanya Cantik membuka obrolan.
“Gue sakit perut
Ca, elo gimana kemaren pulangnya? Dengan siapa?” Nina melirik.
“Dianterin Aldo
gue, gak enak banget gue rasanya dengan elo Nin, sorry yaa.”
“Gak masalah
kali Ca, gue dengan Aldo juga kan gak ada apa-apa.” Jawab Nina tersenyum, Nina
tahu bahwa senyumannya bukan sama sekali senyuman yang tulus dari dalam
hatinya, Ia merasa sesak dalam dadanya. Hanya saja, Ia tak bisa menangis.
Nina
melangkahkan kakinya menuju kelasnya, koridor kelasnya dipenuhi oleh anak-anak
berseragam putih abu-abu. Matanya sayu, ntah apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Ia tak mengerti apakah Ia benar merasa cemburu pada Cantik, dan Aldo
apakah benar Nina sudah jatuh cinta dengan Aldo?, Nina gak ngerti apa yang
harus dia lakuin, bahkan Ia sendiri gak bisa jawab semua pertanyaan yang ada
diotaknya sekarang.
“Nin, ntar sore
latihan ya?” Tegur seseorang seraya menepuk pundak Nina. Dan, lagi-lagi Aldo
yang dilihat Nina sedang tersenyum dihadapannya.
“Liat ntar ya
Al, gue dari kemaren lagi males ngapa-ngapain.”
“Payah lo Nin,
baru juga jadi member udah mau bolos latihan, gimana mau jadi tim inti.”
“Gue udah gak
minat mau nerusin di voli Al, gue kekelas dulu ya. Bye.”
Nina menjauhi
Aldo, kepalanya merunduk Ia mengerti apa yang sedang Ia rasakan sekarang, Ia
sedang patah hati.
-------------------------------------------------------
Udah seminggu
ini Nina selalu menolak berangkat sekolah bareng Cantik, bukan Ia ingin menjauh
dari sahabat baiknya itu, namun Nina perlu sedikit ruang untuk kembali menata
hatinya. Melihat Cantik rasanya Nina ingin marah, tetapi Ia tak mau terlihat
egois hanya karena lelaki dan merusak persahabatannya dengan Cantik yang udah
lama banget terjalin. Gak adil rasanya persahabatan hancur cuma karena cinta.
Sore ini Nina bermaksud ngajak Cantik jalan-jalan sekaligus mau minta maaf
karena udah nyuekin Cantik selama seminggu ini. Nina mengetuk pintu rumah
Cantik.
Tok-tok-tok.
Gak lama
kemudian, sesorang membuka pintu rumah Cantik. Nina mengernyitkan dahinya,
sebelumnya Ia belum janjian dengan Cantik untuk jalan-jalan dan maksud Nina dia
mau ngasih kejutan buat Cantik, tapi yang dilihatnya sekarang Cantik udah rapi
dan wangi banget.
“Nina?” Tanya
Cantik, wajahnya bingung dan terlihat sedikit panik.
“Elo mau kemana
Ca? Gue mau ngajak elo pergi, mau kan?”
“Hmm, gak bisa
Nin. Gue udah ada janji duluan dengan orang lain.” Cantik merunduk.
“Orang lain
siapa Ca? Pacar elo ya? Kok elo gak cerita sih dengan gue” Jawab Nina
tersenyum, terlihat rona bahagia diwajahnya, Nina merasa bahagia mendengar
sahabatnya memiliki kekasih baru walaupun sedikit jengkel karena ketinggalan
informasi.
“Gue mau cerita
Nin, tapi gak sekarang, nanti pasti gue ceritain semuanya.”
Cantik memegang
tangan Nina, tak ada sekali nampak kebahagiaan diwajah Cantik, Ia seperti
sedang menyembunyikan sesuatu dari Nina, dan benar saat itu juga tiba-tiba Aldo
datang kerumah Cantik.
“Elo mau pergi
dengan Aldo, Ca?” Tanya Nina, wajahnya langsung berubah. Nina menahan tangis.
“Iya Nin, gue
ada janji dengan Aldo. Sorry gue gak bisa pergi dengan lo sekarang, ntar sore
gue kerumah elo ya.” Jawab Cantik, ditatapnya wajah Nina dalam-dalam. Saat ini,
Nina merasa bahwa ia dikhianati oleh sahabatnya sendiri, Nina gak nyangka
Cantik tega banget giniin dia.
“Gak usah Ca,
gue turut bahagia buat elo dan Aldo.”
Nina berlari
menjauhi Cantik, Ia melewati Aldo yang terlihat bingung melihatnya. Seharusnya
sore ini jadi hari yang baik buat Nina karena dia bermaksud berbaikan dengan
Cantik, tetapi yang terjadi beda Nina ngeliat dengan nyata kalo Cantik
mengkhianatinya, dan Ia merasa dibodohi oleh Aldo karena ia hanya dimanfaatkan
agar Aldo bisa dekat dengan sahabatnya sendiri. Cantik menangis sejadinya-jadinya,
disepanjang jalan Ia terus mengusap kedua pipinya. Didalam hatinya Ia merasa
bahagia karena Cantik bisa dapet kekasih baru, tapi yang lebih terasa adalah
sakit karena Aldo yang dipilih Cantik untuk menjadi kekasihnya yang Cantik
jelas tahu kalo Nina jauh lebih dulu meyukai Aldo daripada dirinya. Nina gak
ngerti jalan pikiran Cantik.
-------------------------------------------------------
Would You Be My
Valentine?
Hari ini tanggal
14 Februari, hari valentine hari ini juga tepat dua hari setelah kejadian Nina
memergoki sahabatnya dengan cowok yang dicintainya. Untuk kesekian kalinya Nina
gak ngerayain valentine day, dia terakhir ngerayain valentine saat Ia kelas
enam SD, Nina mendapat coklat dari pacar pertama Nina dan setelah itu Nina
belum pernah memiliki pacar lagi, hanya sekali jatuh cinta disaat Ia masih SMP
dengan ketua voli disekolahnya lalu Ia patah hati karena gak pernah digubris,
kemudian sekali lagi jatuh cinta dengan ketua voli di SMA-nya dan kali ini Nina
dibuat benar-benar jatuh dan patah. Biasanya Nina ngerayain valentine day
dengan Cantik mereka bertukar coklat layaknya sepasang kekasih, Nina juga ingat
kalau dia pernah bercerita dengan Cantik kalau nanti jika Ia memiliki seorang
kekasih Ia berharap mendapat sebucket bunga yang berisi sepuluh ikat bunga
mawar putih yang diikat dengan pita berwarna merah muda kemudian diselipkan
kartu ucapan berbentuk hati ditengah ikatan bunganya, tapi cerita tinggallah
cerita, Cantik justru merayakan valentine day bersama kekasih barunya,
sementara Nina terlihat semakin memprihatinkan karena masih patah hati karena
Cantik dan Aldo.
Nina
menghempaskan badannya dikasur sepulang sekolah, Ia menatap langit-langit
kamarnya membayangkan sesuatu yang seharusnya tak Ia bayangkan, Nina terus
menatap atap kamarnya kemudian Ia terlelap.
Nina merasa
tidurnya terganggu saat bundanya mengetuk pintu kamarnya, dengan rambut
berantakan dan seragam sekolah yang masih melekat dibadannya ia beranjak dari
tempat tidur.
“Kenapa bun?
Nina ngantuk banget tau.” Ucap Nina seraya mengusap-usap wajahnya.
“Ada temen Nina
tuh dibawah, cepet turun.”
“Siapa bun?”
“Bunda gak tau
juga sayang, gih cepet turun sayang.” Jawab bunda sambil mengusap kepala Nina.
Nina bergegas
menuruni tangga rumahnya, sesampainya dibawah Ia tak melihat ada siapa-siapa
diruang tamu, yang Ia lihat cuma pintu rumahnya yang hanya terbuka sedikit.
Nina melangkah menuju pintu rumahnya, ketika Ia membuka pintu betapa kagetnya
Ia melihat Aldo yang sedang memegang sebucket bunga mawar berwarna putih. Nina
menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca.
“Aldo?” Tanya
Nina, Ia masih menutup mulutnya. Kemudian Aldo memberikan sebuah kartu ucapan
berbentuk hati kepadanya.
“Ini apaan Al?”
“Buka aja Nin”
Nina membuka
kartu tersebut, seketika Ia menangis melihat tulisan yang ada didalamnya.
Nina, Would you be my Valentine? Aldo J
Nina memeluk
Aldo dengan erat, Ia menangis kali ini bukan karena Ia merasa tersakiti oleh
Aldo melainkan karena Nina merasa sangat bahagia. Nina melihat ada Cantik yang
sedang berdiri dibelakang Aldo, Cantik tersenyum Ia benar-benar cantik sesuai
namanya dan Nina menyadari betapa bersyukurnya memiliki teman seperti Cantik.
Lalu Nina menghampiri Cantik.
“Kok elo gak
ngomong sih sama gue Ca, gue udah nganggep elo ngekhianatin gue!” Nada ucapan
Nina sedikir meninggi, Ia memegang tangan Cantik erat.
“Sorry Nin, Aldo
yang minta gue tutupin ini. Gue ngerasa bersalah banget waktu dirumah gue itu,
maafin gue ya Nin.”
Dengan cepat
Nina memeluk Cantik, Nina merasa bersalah karena menjudge Cantik yang engga-engga.
“Elo ini minta
gue botakin emang kepalanya yaa! Elo gak salah Ca, gue yang salah.”
“Makasih Nin,
tuh liat si Aldo elo cuekin. Kasian tuh dia ngarep banget jawaban dari elo
kayaknya.” Ucap Cantik seraya mengedipkan matanya. Mengisyaratkan Nina untuk cepat-cepat
menghampiri Aldo. Nina pun memutar badannya dan menghampiri Aldo.
“Jadi apa
jawabannya Nin?” Tanya Aldo penuh harap.
“Seharusnya elo
udah tau apa jawaban gue Al, dari awal gue udah suka sama elo.”
“Jadi?”
“I will Al,
thank’s for everything. It’s unbelieveable.”
“Makasih Nin,
Love you.”
“Love you Al J” Jawab Nina.
Aldo mengenggam erat tangan Nina, untuk
pertama kalinya Nina mendapat sebucket bunga yang selama ini dimimpikannya,
seharusnya dari awal Nina tahu kalau cintanya bersambut, kini Nina tahu bahwa
sahabatnya lebih mengerti Nina daripada dirinya sendiri, kini Nina tahu bahwa
jatuh cinta itu menyenangkan dan Nina sedang merasakannya sekarang.
“This is the
best valentine day I ever had Al. Thank’s boy” Ucap Nina memeluk Aldo, pelukan
yang sangat erat dan hangat. Aldo tersenyum, tanpa Nina sadari Aldo meneteskan air
matanya.
Aldo benar-benar
menyukai Nina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar