Bella, ini adalah lembar
pertama dari tulisan-tulisanku tentangmu.
Kamu menatap senjamu
sore ini, matamu semakin sayu menahan air matamu yang berlomba-lomba mengaliri
wajahmu. Bella, tidakkah penantianmu menghancurkan dirimu? Tidakkah kamu merasa
bahwa dia yang kamu tunggu tak pula akan datang menemuimu? Bella, mengapa takkau
sudahi saja kecintaanmu terhadap awan dan anginmu?
Bella, untuk kekasihmu.
Atau untuk awan dan anginmu. Aku tak perduli, persetan dengan apa yang selalu
kamu beritahu kepadaku, tentang awanmu yang menaungi kesedihanmu, atau tentang
anginmu yang setianya katamu membantumu menghapuskan air matamu. Tak masuk akal
bagiku, Bel. Kamu nampak begitu mencintai sesuatu yang takkan lagi pernah lagi
menyentuhmu, dan tak pula kamupun mampu menyentuhnya.
Aku sudah menyaksikan
pertunjukan bodohmu selama tujuh tahun, akupun bodoh karena menunggumu
mengakhiri penantian tentang cinta terakhirmu itu. Bel, bukan aku ingin
menggantikan bekas kekasihmu itu, bukan pula aku ingin memintamu untuk
mencintaiku. Hanya saja Bel, aku sudah terlalu jenuh menyaksikan kamu terpuruk
dan terjatuh dalam cinta semu kekasihmu.
Bel, 6 tahun lalu.
Tepatnya saat kamu mulai menceritakan tentang Jo, bekas kekasihmu,dan aku mulai terluka saat kamu mengaku bahwa
kamu menyukainya. Bukan aku ingin membandingkan perasaanku yang sudah 5 tahun
aku sembunyikan darimu dan dengan perasaan Jo yang baru 1 bulan kau temui.
Hanya saja Bel, aku merasa tak adil karena kamu terlalu mencintai lelaki yang
baru saja kamu kenal, sementara aku? Aku menunggumu Bel, 5 tahun, bahkan sejak
dirimu masih menggunakan seragam putih biru-mu, dan aku bertahan dengan
perasaan yang terpendam dan semakin dalam kepadamu. Ini bukan tentang cemburu
yang membara dalam hatiku Bel, ini tentang penantianku yang belum ingin aku
sudahi sampai saat ini. Bel, maaf jika aku mengatakan ini kepadamu. Aku
mencintaimu.
Maafkan aku Bel, aku
bahkan dulu membencimu karena menjadikanku teman berceritamu. Aku dulu
membencimu karena kamu menganggap aku menyetujui hubunganmu dengan Jo. Aku
membencimu dan Jo, Bel. Dulu.
Bella, lihatlah dirimu.
Kamu terlalu muda untuk hancur dalam penjara cinta matimu. Jujur saja, aku
ingin sekali menarikmu dari tempatmu, ingin sekali aku memelukmu bahkan Bel,
aku sangat ingin mengusap pipimu saat kamu mulai menangisi Jo-mu itu. Aku
terluka karena tak bisa melakukan itu. Apa yang bisa kamu dapatkan dari
penantian tak jelasmu itu, Bel? Apa yang bisa Angin dan Awanmu berikan untuk
menggantikan Jo yang telah lama pergi meninggalkanmu? Apa yang kau harapkan
dari seseorang yang takkan pernah lagi menemuimu, tak akan pernah lagi memgang
tanganmu, tak akan pernah lagi mengecup keningmu. Tidakkah kau merasa bahwa ini
semua hanyalah penantian konyol yang tak berujung???
Hmmm, maafkan aku Bel.
Aku mungkin terlalu terbawa emosiku.
Bel, aku tak tahu
sekarang apakah kamu sedang membaca tulisanku. Aku tak mengapa jika kamu
membenciku karena aku memberikan tulisan ini kepadamu, mungkin aku sudah
terlalu kehabisan jalan berpikir karenamu, Bel. Maaf jika aku mengatakan ini
lagi, tetapi aku memang mencintaimu Bella.
Aku bahkan ingat saat
pertama kali aku merasa menyukaimu. Entah kamu sadar atau tidak, dan entah kamu
ingat atau tidak. 11 tahun yang lalu, saat kamu masih menggunakan seragam
putih-biru dan aku berseragam putih-abu-abu. Aku mungkin tak mengenalmu jika aku
tak berteman dengan Rano, kakakmu. Dan saat itu, entah apa yang ada didalam
diriku saat pertama kali aku melihatmu, kamu terlihat begitu indah dan cantik.
Aku mungkin terlalu gila karena mencintai bocah SMP yang bahkan masih belum tau
apa-apa tentang cinta. Tetapi, ini nyata Bel, aku mulai menyukaimu saat kamu
masih sering menangis karena Rano mengganggumu dan kini aku masih saja
menyukaimu walau sekarang Rano-lah yang menangis tiap kali melihatmu. Tidakkah
kau ingin tahu mengapa aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku kepadamu,
Bel? Mengapa ya, Bel? Akupun tak tahu
jawabannya. Yang aku tahu hanyalah, jantungku berdetak begitu kencang saat aku
berhadapan denganmu, keringatmu berlomba mengaliri tubuhku saat kamu menatapku,
dan lidahku kelu saat aku berbicara denganmu.
Rano. Kakakmu itu Bel,
bahkan Ia tak tahu apapun mengenai perasaan tersembunyiku ini. Bukankah
menurutmu aku hebat kan, Bel?
Bella Damara, tulisan
ini adalah tulisan pertamaku untukmu. Mungkin nanti akan ada banyak lembar yang
akan kutulis tentangmu. Entah kamu membacanya atau tidak. Aku tetap akan
melakukannya. Selamat menikmati Awan dan Anginmu, awan dan angin yang meraup
sedihmu, yang menutupi lukamu, yang katamu menjadi pelipur dukamu. Nikmatilah sebelum
aku menghentikanmu Bel.